Kamis 04 May 2023 15:45 WIB

Teleskop Webb Deteksi Ada Air di Planet Ini

Planet ekstrasurya GJ 486 b berukuran lebih besar dari Bumi.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Teleskop James Webb mendeteksi adanya air di Planet ekstrasurya GJ 486 b yang merupakan planet berbatu seperti Bumi, berukuran sekitar 30 persen lebih besar dan sekitar tiga kali lebih masif./ilustrasi.
Foto: esa
Teleskop James Webb mendeteksi adanya air di Planet ekstrasurya GJ 486 b yang merupakan planet berbatu seperti Bumi, berukuran sekitar 30 persen lebih besar dan sekitar tiga kali lebih masif./ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Planet ekstrasurya GJ 486 b adalah planet berbatu seperti Bumi yang berukuran sekitar 30 persen lebih besar dan sekitar tiga kali lebih masif. Ia mengorbit bintang kerdil merah dengan sangat dekat.

Satu tahun di planet ini memakan waktu sekitar 1,5 hari Bumi. Belum lama ini, Teleskop Luar Angkasa James Webb menemukan adanya petunjuk air dalam planet ini. Studi tersebut dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters.

Baca Juga

Menurut Space Telescope Science Institute (STScI), GJ 486 b mengorbit sangat dekat dengan bintang sehingga suhu permukaannya sekitar 430 derajat Celsius. Terlepas dari ini, Webb telah menemukan petunjuk adanya uap air di sistem planet.

Uap air ini mungkin berasal dari atmosfer planet, tetapi masih perlu pengamatan lebih lanjut untuk menentukan apakah planet ini memiliki atmosfer.

Jika planet memang memiliki atmosfer dan di situlah air terdeteksi, ia perlu terus diisi ulang karena kehilangan akibat radiasi dari bintang. Penjelasan lain yang masuk akal adalah uap air ini sebenarnya berasal dari lapisan luar bintang induk planet yang relatif dingin. Webb harus melakukan pengamatan tambahan untuk membantu para astronom menjawab pertanyaan ini.

Bisakah planet berbatu mempertahankan atmosfer di sekitar bintang kerdil merah yang keras?

Smithsonian Magazine mengungkapkan bintang Red Dwarf atau M-dwarfs, diyakini sebagai jenis bintang paling umum di alam semesta. Mereka cukup kecil dan tidak lebih besar dari planet raksasa gas. Mereka juga memiliki massa dan suhu yang relatif rendah untuk sebuah bintang, sekitar 80 kali massa Jupiter.

Bintang kerdil merah juga relatif lebih dingin. Ini berarti planet yang berada di orbit sempit mungkin cukup hangat untuk menampung air cair. Tetapi pada saat yang sama, bintang semacam itu cukup aktif, terutama saat masih muda. Mereka melepaskan radiasi ultraviolet dan sinar-X yang dapat menghancurkan atmosfer planet.

Oleh karena itu, pertanyaan seperti apakah planet berbatu dapat mempertahankan atau bahkan membangun kembali atmosfer menjadi pertanyaan penting bagi para astronom. Para ilmuwan beralih ke GJ 486 b untuk menjawab pertanyaan ini.

Meskipun terlalu dekat dengan bintang induknya untuk berada di zona layak huni, Webb's NIRSpect (Near-Infraref Spectrograph) mendeteksi adanya air. Jika uap air yang terdeteksi ada di planet ini, bisa berarti planet tersebut memiliki atmosfer meskipun suhunya sangat panas dan dekat dengan bintangnya.

STScI mengatakan uap air telah terdeteksi di eksoplanet gas sebelumnya, tetapi hingga saat ini, para astronom belum dapat mendeteksi secara pasti atmosfer di sekitar planet ekstrasurya yang berbatu. Para peneliti mengingatkan air yang terdeteksi oleh Webb juga bisa berasal dari bintang itu sendiri.

“Kami tidak mengamati bukti bahwa planet melintasi titik bintang mana pun selama transit. Tapi itu tidak berarti bahwa tidak ada titik lain di bintang itu. Dan itulah skenario fisik yang akan menanamkan sinyal air ini ke dalam data dan dapat terlihat seperti atmosfer planet,” kata rekan penulis studi, Ryan MacDonald, dilansir Indian Express, Kamis (4/5/2023).

Bintang induk GJ 486 b jauh lebih dingin daripada Matahari sehingga ada kemungkinan lebih banyak uap air yang terkonsentrasi di dalam bintik bintangnya. Jika ada uap air seperti itu, bisa menciptakan sinyal yang mirip dengan keberadaan atmosfer planet. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement