REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sebuah tim astronom internasional menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA untuk mengidentifikasi galaksi spiral berbatang terjauh yang mirip dengan Bima Sakti yang pernah diamati. Temuan ini menantang keyakinan sebelumnya bahwa galaksi seperti ini tidak dapat diamati sampai alam semesta sudah jauh lebih tua.
Galaksi yang baru ditemukan, ceers-2112, terbentuk tak lama setelah Big Bang. Rekan penulis studi Alexander de la Vega, peneliti pascadoktoral di Departemen Fisika dan Astronomi di University of California-Riverside, mengatakan di rilis universitas, penemuan ceers-2112 menunjukkan bahwa galaksi-galaksi di alam semesta awal mungkin memiliki tatanan yang sama seperti Bima Sakti.
“Ini mengejutkan karena galaksi-galaksi jauh lebih kacau pada masa awal semesta dan sangat sedikit yang memiliki struktur serupa dengan Bima Sakti,” ujar de la Vega, dilansir StudyFinds, Senin (13/11/2023).
De la Vega menjelaskan, batang galaksi adalah struktur di dalam galaksi yang tersusun dari bintang-bintang, mirip dengan struktur batang permen dalam kehidupan kita sehari-hari. Meskipun batangan dapat ditemukan di galaksi non-spiral, namun jumlahnya sangat jarang.
“Hampir semua batang ditemukan di galaksi spiral,” kata de la Vega, yang bergabung dengan YCR tahun lalu setelah menerima gelar doktor bidang astronomi di Johns Hopkins University. “Batang pada ceers-2112 menunjukkan bahwa galaksi menjadi matang dan tersusun jauh lebih cepat dari yang kita pikirkan sebelumnya, yang berarti beberapa aspek teori pembentukan dan evolusi galaksi kita perlu direvisi.”
Sebelumnya, para astronom percaya bahwa dibutuhkan waktu miliaran tahun agar galaksi menjadi cukup teratur untuk membentuk batangan. Namun, penemuan ceers-2112 menunjukkan bahwa transformasi ini dapat terjadi dalam waktu sekitar satu miliar tahun atau kurang.
Batang galaksi biasanya diperkirakan terbentuk dalam galaksi spiral dengan bintang-bintang yang berputar secara teratur, seperti di Bima Sakti. Di galaksi-galaksi ini, batangan dapat terbentuk secara spontan karena ketidakstabilan struktur spiral atau efek gravitasi dari galaksi tetangga. Namun, sebelumnya diyakini bahwa galaksi yang tidak stabil dan kacau di alam semesta awal tidak dapat mendukung pembentukan atau persistensi batangan.
Penemuan ceers-2112 diperkirakan membawa implikasi signifikan bagi bidang astronomi.
De la Vega menjelaskan pertama, model teoritis pembentukan dan evolusi galaksi perlu mempertimbangkan beberapa galaksi yang menjadi cukup stabil untuk menampung galaksi pada awal sejarah alam semesta.
Model-model ini mungkin perlu menyesuaikan berapa banyak materi gelap yang membentuk galaksi di alam semesta awal, karena materi gelap yang diyakini memengaruhi laju pembentukan batang.
Kedua, penemuan ceers-2112 menunjukkan bahwa struktur seperti batangan dapat dideteksi ketika alam semesta masing sangat muda. “Hal ini penting karena galaksi di masa lalu berukuran lebih kecil dibandingkan sekarang, sehingga membuat pencarian batang menjadi lebih sulit. Penemuan ceers-2112 membuka jalan bagi lebih banyak batasan yang bisa ditemukan di alam semesta muda,” ujar de la Vega.
De la Vega memainkan peran penting dalam penelitian ini dengan memperkirakan pergeseran merah dan sifat ceers-2112 dan berkontribusi pada interpretasi pengukuran. Pergeseran merah, de la Vega menjelaskan, adalah properti galaksi yang dapat diamati yang menunjukkan jaraknya dan seberapa jauh galaksi tersebut terlihat, karena kecepatan cahaya yang terbatas.
Yang paling mengejutkan de la Vega tentang penemuan ini adalah keakuratan penentuan properti batang ceers-2112.
“Awalnya, saya mengira mendeteksi dan memperkirakan sifat batang di galaksi seperti ceers-2112 akan penuh dengan ketidakpastian pengukuran,” kata de la Vega. “Tetapi kekuatan Teleskop Luar Angkasa James Webb dan keahlian tim peneliti kami membantu kami memberikan batasan yang kuat pada ukuran dan bentuk batangan.”