Rabu 22 Nov 2023 17:08 WIB

Teleskop Webb Ungkap Misteri Baru Galaksi Bima Sakti

Webb mengungkapkan sejumlah besar detail tentang galaksi Bima Sakti.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST atau Webb) telah mengamati jantung galaksi Bima Sakti/ilustrasi
Foto: Hubble, esa, nasa
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST atau Webb) telah mengamati jantung galaksi Bima Sakti/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST atau Webb) telah mengamati jantung galaksi Bima Sakti. Ia mengungkap fitur dan misteri baru di wilayah kacau yang dapat membantu para astronom menyingkap lebih banyak detail tentang cerita pembentukan awal alam semesta. 

Kemampuan observatorium luar angkasa untuk melihat alam semesta dalam cahaya inframerah, yang terlihat oleh mata manusia, menangkap detail yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam gambar yang dirilis NASA pada Senin (20/11/2023). 

Baca Juga

Para astronom menggunakan JWST untuk melihat sekilas Sagittarius C, atau Sgr C, wilayah aktif pembentukan bintang yang terletak sekitar 300 tahun cahaya dari lubang hitam supermasif pusat galaksi Sagittarius A*. Satu tahun cahaya, setara dengan 9,46 triliun kilometer, adalah jarak yang ditempuh seberkas cahaya dalam satu tahun. 

Peneliti utama observasi dan mahasiswa sarjana di Universitas Virginia, dalam sebuah pernyataan, Samuel Crowe, mengatakan gambar dari JWST sangat menakjubkan, dan ilmu pengetahuan yang akan kita peroleh darinya bahkan lebih baik lagi. 

“Bintang masif adalah pabrik yang menghasilkan unsur-unsur berat di inti nuklirnya, jadi memahaminya dengan lebih baik seperti mempelajari kisah asal mula sebagian besar alam semesta,” ujar Crowe, dilansir CNN, Rabu (22/11/2023). 

Mempelajari pusat Bima Sakti dengan JWST dapat memberikan pengetahuan tentang berapa banyak bintang yang terbentuk di sana dan apakah bintang-bintang masif lebih mungkin terbentuk di dekat pusat galaksi dibandingkan di lengan spiral galaksi.

“Belum pernah ada data inframerah di wilayah ini dengan tingkat resolusi dan sensitivitas yang kami dapatkan dari Webb, jadi kami melihat banyak fitur di sini untuk pertama kalinya,” kata Crowe. 

“Webb mengungkapkan sejumlah besar detail yang memungkinkan kita mempelajari pembentuk bintang di lingkungan seperti ini dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin  dilakukan,” ujar dia. 

Diperkirakan ada 500.000 bintang berkilauan di dalam gambar, semuanya bervariasi dalam ukuran dan usia. Di antaranya adalah sekelompok protobintang, atau massa padat debu dan gas yang masih berkembang dan tumbuh menjadi bintang utuh, termasuk protobintang masif di pusat gugus yang memiliki massa lebih dari 30 kali massa Matahari. 

Protobintang melepaskan material bercahaya, menciptakan bola cahaya yang muncul formasi, yang tampak sangat gelap dalam cahaya inframerah. “Pusat galaksi adalah lingkungan paling ekstrem di galaksi Bima Sakti kita, tempat teori pembentukan bintang saat ini dapat diuji secara paling ketat,” kata Jonathan Tan, profesor riset astronomi dan salah satu penasihat Crowe di Universitas Virginia, dalam sebuah pernyataan. 

Selain itu, Near-Infrared Camera observatorium mendeteksi emisi hidrogen terionisasi di sekitar tepi bawah kawasan bintang, yang digambarkan dalam warna cyan pada gambar. Pada astronom masih mencoba untuk menentukan apa yang menciptakan sejumlah besar gas berenergi, yang melebihi jumlah yang biasanya dilepaskan oleh bintang-bintang masif muda. Tim observasi juga tertarik dengan struktur yang terlihat seperti jarum di dalam hidrogen terionisasi yang tersusun tanpa urutan apa pun. 

Rubén Fedriani, salah satu penyelidik proyek dan peneliti pascadoktoral di Instituto Astrofísica de Andalucía di Spanyol , dalam sebuah pernyataan, mengatakan pusat galaksi adalah tempat yang ramai dan penuh gejolak. Menurut dia, ada awan gas yang bergejolak dan termagnetisasi yang membentuk bintang, yang kemudian berdampak pada gas di sekitarnya dengan aliran angin, jet, dan radiasi. 

“Webb telah memberi kami banyak sekali data tentang lingkungan ekstrem ini, dan kami baru mulai menggalinya,” kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement