REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah membagikan tampilan baru yang indah dari Planet Uranus. Gambar yang menakjubkan itu menunjukkan cincin planet yang bersinar dan 27 bulan yang merupakan satelit Uranus.
Dikutip dari laman Daily Mail, Selasa (11/4/2023), gambar tersebut diabadikan menggunakan James Webb Space Telescope (JWST) milik NASA. Teleskop senilai 10 miliar dolar AS (Rp 14,16 triliun) itu menghasilkan gambar yang membuat astronom terkesima.
JWST menangkap 11 dari 13 cincin planet dalam gambar baru, yang sangat terang sehingga tampak menyatu menjadi satu lingkaran bercahaya. Sebelumnya, dua cincin paling redup di Uranus tidak ditemukan hingga misi Voyager 2 pada 1986.
Cincin utama Uranus merupakan bongkahan es berdiameter beberapa meter, sementara sebagian besar cincin lainnya terdiri dari bongkahan es yang digelapkan oleh bebatuan. Di Uranus, cincinnya tipis, sempit, dan gelap, apabila dibandingkan dengan Saturnus.
Selain gambar memukau cincin Uranus, JWST juga mengabadikan 27 bulan Uranus yang diketahui, sebagian besar terlalu kecil dan redup untuk dilihat dari Bumi. Enam bulan yang tampak paling terang diidentifikasi dalam gambar tampilan lebar yang dipaparkan selama 12 menit.
Uranus memiliki warna biru yang menakjubkan, disebabkan oleh lapisan kabut tebal di atmosfernya. Peneliti yang dipimpin tim Universitas Oxford menyebut lapisan itu sebagai Aerosol-2, yang menurut mereka akan terlihat keputihan pada panjang gelombang yang terlihat.
Lapisan atmosfer mencerahkan penampilan planet ketujuh dari matahari tersebut, mirip kertas kalkir di atas gambar membuat warna-warna cerah tampak lebih bernuansa susu. Gambar JWST menerapkan teknologi Near-Infrared Camera (NIRCam), yang menangkap cahaya dari tepi yang terlihat melalui rentang spektrum elektromagnetik inframerah-dekat, membawa galaksi jauh ke dalam fokus yang tajam.
Badan Antariksa Eropa (ESA) memberikan perbandingan kinerja JWST dengan Voyager 2. Kamera Voyager 2 hanya menampilkan Uranus sebagai bola biru-hijau yang hampir tidak berbentuk dalam panjang gelombang yang terlihat. Sensitivitas dan panjang gelombang yang lebih panjang dari Webb alias JWST disinyalir menjadi alasan fitur kutub Uranus lebih terlihat. "Dengan panjang gelombang infra merah dan sensitivitas ekstra Webb, kami melihat lebih detail, menunjukkan betapa dinamisnya atmosfer Uranus sebenarnya," ujar perwakilan ESA.
Menurut para ilmuwan, JWST dapat membantu untuk lebih memahami mekanisme misterius tudung kutub Uranus yang unik. Tudung itu muncul saat kutub memasuki matahari langsung di musim panas dan kemudian menghilang di musim gugur.
Ada juga awan cerah di tepi tudung kutub dan di wilayah selatan Uranus, kemungkinan besar terkait dengan aktivitas badai. "Itu hanyalah puncak gunung es dari apa yang bisa dilakukan Webb saat mengamati planet misterius ini," kata ESA.
Studi tambahan tentang Uranus sedang dilakukan, dan ada lebih banyak lagi operasi sains yang direncanakan. Ilmuwan NASA baru-baru ini mengumumkan tawaran untuk mendorong badan antariksa meluncurkan penyelidikan ke Uranus dan Neptunus pada tahun 2030-an.