Ahad 27 Oct 2019 13:56 WIB

Catatan Batu Asyur Beri Informasi tentang Fenomena Aurora

Catatan ini membantu ilmuwan sebab pengamatan teleskop baru ada selama 400 tahun.

Rep: Zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Fenomena alam aurora borealis atau northern lights tampak di langit dekat Reykjanesbaer di Islandia, (14/10).
Foto: EPA
Fenomena alam aurora borealis atau northern lights tampak di langit dekat Reykjanesbaer di Islandia, (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lempeng batu Asyur kuno memberikan informasi terkait aurora paling kuno yang terjadi di langit. Asyur atau Assitia adalah kekaisaran kuno yang berpusat di hulu sungai Tigris, Mesopotania.

Dalam catatan, fenomena aurora diduga sudah terjadi lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Dalam deskripsi lempeng batu tertulis dalam huruf paku dan dalam tiga batu terpisah yang terjadi dari jenjang waktu 655 hingga 679 SM.

Baca Juga

Hingga kini, masih dimungkinkan bahwa bumi telah mengalami badai matahari yang cukup besar pada abad ke-7 SM. Badai matahari tersebut menghasilkan pertunjukan cahaya yang mempesona ketika gelombang partikel dari matahari bertabrakan dengan medan magnet bumi, yang kemudian disebut sebagai aurora.

Dugaan tersebut juga sesuai dengan apa yang tertulis dalam lempeng tersebut. Disebutkan bahwa ada aktivitas matahari yang kuat sempat terjadi. Catatan kuno itu membantu para ilmuwan untuk menyambungkan gambaran yang lebih lengkap terkait kosmik bumi dengan matahari.

"Karena pengamatan teleskop baru ada selama 400 tahun, mereka (cukup) memberikan potret yang sangat kecil dan sangat baik, tentang bagaimana matahari kita berperilaku,” kata penulis dalam studi tersebut, Hisashi Hayakawa, seperti dilansir Livescience pada Ahad (27/10).

Namun demikian, pada awal tahun ini, tim peneliti lainnya mengemukakan hal bahwa, badai matahari besar telah melanda bumi sekitar 2.600 tahun yang lalu. Peristiwa tersebut 10 kali lebih kuat daripada yang telah dituliskan dalam sejarah modern.

Para penulis dalam studi tersebut masih mempertanyakan, boleh jadi astonom Asyur pada periode tersebut mungkin mencatat sesuatu peristiwa alam yang tida biasa dan dikaitkan dengan badai matahari.

Sejauh ini, para peneliti itu telah menyelidiki 389 laporan terkait lempengan dengan huruf paku dalam koleksi British Museum. Berdasarkan penelitian tersebut,  fenomena yang dimungkinkan untuk menggambarkan untuk aurora adalah, sinar merah, awan merah dan langit merah.

"Deskripsi ini sendiri cukup konsisten dengan deskripsi modern awal tampilan aurora," kata Hayakawa.

Dia tidak menampik, bahwa merah adalah warna yang biasanya ditemukan pada aurora pada ketinggian rendah. Warna itu juga dihasilkan oleh elektron berenergi rendah.

Saat ini, aurora di Belahan Utara biasanya dikaitkan dengan daerah yang dekat dengan Kutub Utara. Meskipun saat ini atau bahkan sejak ribuan tahun lalu, diketahui medan magnet Bumi dinamis dan berubah, nyatanya, magnet utara ada di sekitar 10 derajat lebih dekat ke Timur Tengah daripada saat ini. Hal tersebut meningkatkan kemungkinan keberadaan aurora spektakuler di Timur Tengah.

“Dan bahkan selama akhir abad ke-19, aurora masih sekilas terjadi di Kairo, Bagdad, dan Alexandria serta Mesir,” ucap Hayakawa.

Dia menegaskan, ketika ada badai magnet yang signifikan, itu bukan hal yang mengejutkan untuk melihat aurora di Timur Tengah. Bahkan pada periode modern ini. Akan tetapi, masih sedikitnya deskripsi dalam catatan-catatan Asyur itu, memberikan kesan bahwa apa yang disaksikan oleh para penulis adalah sesuatu yang luar biasa atau mungkin bukan sama sekali.

Dia mencontohkan, langit yang memerah dalam catatan yang dimaksud, bisa saja dimungkinkan sebagai matahari terbenam yang tampak sangat jelas. Sebagai informasi, sebelum adanya penemuan ini, referensi yang digunakan untuk mengetahui aurora ada dalam catatan yang dikenal sebagai Buku Harian Astronomi. Catatan tersebut berasal dari peiode 567 SM. Oleh sebab itu, dengan adanya catatan Asyur ini, memungkinkan untuk melacak sejarah aktivitas matahari lebih jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement