REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sekelompok ilmuwan berhasil mengidentifikasi gelombang radio berderak seperti aurora di permukaan matahari. Gelombang radio ini memiliki penampakan yang sangat mirip dengan Northern Lights di bumi.
Para ilmuwan yang terdiri dari sekumpulan astronom ini telah mendeteksi keberadaan glombang radio mirip aurora tersebut selama satu pekan. Melalui jurnal Nature Astronomy, mereka mengungkapkan bahwa gelombang radio seperti aurora ini berlokasi sekitar 40.000 kilometer di atas bintik matahari atau sunspot. Bintik matahari itu merupakan area seperti "bercak" berwarna gelap di permukaan matahari yang memiliki medan magnet 2.500 kali lebih kuat dibandingkan bumi.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa mereka sudah pernah mendeteksi gelombang radio seperti aurora pada bintang-bintang lain yang berjarak cukup jauh dari bumi. Namun, ini merupakan kali pertama mereka mendeteksi gelombang radio serupa pada bintang yang menjadi pusat tata surya, yaitu matahari.
"Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan letusan gelombang radio matahari sementara yang biasanya hanya berlangsung dalam hitungan menit atau jam," ujar ketua tim peneliti dan astronom dari New Jersey Institute of Technology's Center for Solar-Terrestrial Research (NJIT-CSTR), Sijie Yu, seperti dilansir LiveScience pada Senin (20/11/23).
Yu melihat temuan gelombang radio seperti aurora di matahari sebagai temuan yang sangat menarik. Alasannya, temuan ini berpotensi mengubah pemahaman manusia mengenai proses-proses magnetik pada bintang.
Yu dan para astronom lain berhasil mendeteksi gelombang radio mirip aurora di matahari dengan menggunakan sebuah teleskop radio yang diarahkan pada bintik matahari. Para ilmuwan ini meyakini bahwa gelombang radio seperti aurora tersebut muncul akibat gerakan elektron dari suar matahari (solar flare) yang dipercepat di sepanjang garis medan magnet bintik matahari yang kuat.
Akan tetapi, aurora yang ditemukan pada matahari ini memiliki perbedaan frekuensi bila dibandingkan dengan aurora di bumi. Para astronom memperkirakan bahwa emisi aurora di bintik matahari terjadi pada rentang frekuensi ratusan ribu kHz hingga hampir 1 juta kHz. "Itu merupakan akibat langsung dari medan magnet bintik matahari yang ribuan kali lebih kuat dibandingkan (medan magnet) bumi," tambah Yu.
Sebagai perbandingan, aurora di bumi biasanya memancarkan cahaya pada frekuensi 100-500 kHz. Di bumi, aurora tercipta ketika sebagian energi dan partikel-partikel kecil dari badai matahari menembus atmosfer bumi yang ada di garis medan magnet kutub utara dan selatan. Partikel-partikel tersebut lalu berinteraksi dengan gas-gas yang ada di atmosfer bumi dan menghasilkan pancaran cahaya yang cantik di langit.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa temuan terbaru mereka telah membuka jalan baru untuk mempelajari aktivitas matahari. Saat ini, tim peneliti juga sedang menganalisis beragam data terdahulu untuk menemukan bukti mengenai keberadaan aurora matahari di masa lalu.
"Kita baru mulai menyatukan bagian-bagian dari kepingan yang hilang mengenai bagaimana partikel energi dan medan magnet berinteraksi pada sebuah sistem yang memiliki bintik bintang. Bukan hanya yang terjadi di matahari kita, tetapi juga di semua bintang di luar sistem tata surya kita," tutur peneliti sekaligus ahli fisika matahari NJIT, Surajit Mondal.