Senin 13 Sep 2021 09:33 WIB

Cerita WNI Kuliah Astronomi di Jerman (1)

Irham Taufik Andika, alumni ITB kini menimba ilmu di Jerman mempelajari astronomi.

Irham Taufik Andika
Foto:

Magang di Belanda dan Jerman jadi pendorong riset

Irham juga pernah ikut “internship” di Jerman dan Belanda, ketika masih berkuliah S1. Kesempatan magang di Jerman, di kota Göttingen, ia peroleh setelah ia mengontak Wolfram Kollatschny, professor di bidang astronomi, yang bersedia membimbing. Profesor itulah yang mengarahkan Irham agar melamar beasiswa di program pertukaran mahasiswa Erasmus .

Di Belanda ia dapat kesempatan magang di Leiden. Ketika itu, universitas di sana punya “summer school”. Mereka punya proyek-proyek yang bisa dikerjakan selama musim panas.

Orang yang tertarik bisa langsung kontak pembimbing. Prosesnya melewati wawancara, di mana peminat juga ditanyai  keahlian dan minat risetnya.

Kedua kesempatan magang itu jadi pendorong besar bagi Irham. “Nah, ketemu kan, satu topik riset yang menarik, misalnya meneliti evolusi galaksi. Juga, bagaimana caranya bintang-bintang berkumpul dan membentuk galaksi yang lebih besar.”

Masalahnya, dengan  teleskop di Bosscha, tidak mungkin orang melakukan penelitian galaksi-galaksi yang redup, dan jaraknya sangat jauh. “Makanya saya  pikir, coba cari deh, negara mana yang punya fasilitas, supaya bisa meneliti galaksi-galaksi itu.”

Jadi ketika selesai S2 Irham melamar ke beberapa tempat. Salah satu yang menerima adalah Jerman, tepatnya Universitas Heidelberg, tempat dia berkuliah S3 mulai 2018 hingga sekarang. Untuk berkuliah di Jerman, dia mendapat sokongan dari International Max Planck Research School.

“Sebetulnya bentuknya bukan seperti beasiswa, tapi kita seperti digaji per bulan. Awalnya 50 persen, sekarang naik jadi sekitar 75 persen. Jadi dapat gaji, dan gaji kita dipotong pajak sekian persen,” papar Irham .

Awalnya ia mendapat kontrak tiga tahun dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), dan ada kemungkinan memperpanjang setahun. Di  MPIA, total durasi studi Ph.D memang biasanya empat tahun.

Baca juga : Sudah Tahu GB Whatsapp, Emang Apa Sih Hebatnya?

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement