REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cita-cita setinggi langit harus dikejar. Karena di Indonesia tidak ada teleskop yang memadai, Irham Andika melanjutkan kuliah S3 di bidang astronomi di Jerman.
Irham Taufik Andika tertarik dengan berbagai hal yang bersifat luar angkasa. Waktu SMA ia tertarik segala hal yang berkaitan dengan perjalanan antariksa. Ia misalnya ingin tahu, bagaimana caranya, supaya manusia bisa hidup di planet lain? Atau mencari alien?
Sejak SMA dia mulai belajar tentang astronomi, dan mencari informasi di ensiklopedia. Dia lalu menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung, di bidang astronomi, dan meraih gelar S1 dan S2 di sana. Dibimbing oleh Dr. Ikbal Arifyanto, semasa studinya Irham melakukan riset terkait inti galaksi aktif yang dihasilkan oleh tabrakan antar-galaksi.
Kalau waktu SMA belum ada bayangan ingin melakukan apa setelah selesai berkuliah nanti, sekarang, Irham yang kelahiran di Medan, mengatakan akan menjadi professional astronomer. "Posisinya kalau di universitas, ya menjadi dosen. Atau menjadi peneliti di lembaga riset,” kata Irham.
Ketika masih berkuliah S2 di ITB, dia mulai mencari lowongan dan tempat yang menjanjikan bagi seorang ahli astronomi untuk bisa mengembangkan diri. Ternyata Belanda, Jerman dan Australia bisa jadi tempat yang bagus.
Di negara-negara itu bidang astronomi berkembang baik, mereka juga punya akses ke teleskop paling canggih dan paling besar saat ini. “Sementara kalau di ITB kita punya teleskop yang umurnya udah cukup tua. Dari tahun 1920-an, Observatorium Bosscha di Lembang," kata Irham.
Baca juga : Studi: Masker Kain Efektif Tangkal Virus Hingga Setahun