Siapa yang paling menderita akibat banjir?
Keberadaan kota-kota spons tak berpengaruh bagi masyarakat pedesaan di jalur air yang dialihkan, yang telah mengalami kerusakan parah pada rumah dan tanaman mereka.
"Sementara penduduk perkotaan di kota-kota besar China sebagian besar terhindar dari kenaikan air, banyak daerah pedalaman di sepanjang Sungai Yangtze berada di garis depan," kata Li.
Seluruh desa secara rutin dibiarkan kebanjiran, dengan mengevakuasi penduduknya, untuk menyelamatkan kota-kota padat penduduk.
Dalam beberapa hari terakhir, air hujan telah merusak sekitar 20.000 hektar tanaman di daerah pedesaan sekitar Zhengzhou, demikian ditulis kantor berita Xinhua.
Apa lagi yang bisa dilakukan?
China juga beralih ke peningkatan pengawasan banjir dan evakuasi dini untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat banjir.
Selain teknologi pemantauan cuaca konvensional, Kota Anqing di Provinsi Anhui Cina menggunakan kacamata realitas virtual yang terhubung dengan kamera pemantau sungai dengan menggunakan internet 5G untuk mengirimkan gambar ke kantor pengawasan.
Tahun lalu, kementerian darurat mengatakan jumlah orang tewas atau hilang akibat banjir musim panas antara Juni dan Agustus turun menjadi 219 orang. Statistik ini kurang dari setengah angka rata-rata setiap tahun dalam lima tahun terakhir. Namun, kerugian ekonomi melonjak 15 persen, mencapai 179 miliar yuan (26 miliar dolar AS).
Peneliti Tortajada mengatakan pada akhirnya, pencegahan banjir juga akan membutuhkan tindakan global terhadap perubahan iklim. "Sementara segelintir negara semakin baik persiapannya menghadapi perubahan iklim, dunia secara keseluruhan tidak siap," pungkasnya kepada AFP.
sumber: https://www.dw.com/id/mengapa-cina-masih-hadapi-risiko-banjir-parah/a-58667563