Kamis 02 May 2024 13:57 WIB

Jepang Bersiap Tantang China dalam Perlombaan Penjelajahan Bulan

Presiden AS janjikan astronot Jepang akan jadi orang non-Amerika pertama di bulan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Jepang mungkin akan mengungguli China dalam hal pendaratan di Bulan.
Foto: EPA-EFE/CRISTOBAL HERRERA-ULASHKEVICH
Jepang mungkin akan mengungguli China dalam hal pendaratan di Bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam apa yang disebut sebagai "perlombaan luar angkasa" baru, Jepang mungkin akan mengungguli China dalam hal pendaratan di Bulan. Jepang berencana bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam misi untuk mengirimkan salah satu astronotnya ke Bulan.

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menggariskan rencana untuk misi tersebut pada 10 April 2024. Presiden AS Joe Biden berjanji bahwa astronot Jepang akan menjadi orang non-Amerika pertama yang mendarat di permukaan bulan dalam kerjasama antara Jepang dan AS.

Baca Juga

Berdasarkan rencana itu, Jepang akan bergabung dengan AS dalam misi Artemis NASA, dengan pendaratan pertama dijadwalkan pada 2028 dan yang kedua pada 2032. Hal ini menempatkan Jepang dalam persaingan dengan China, yang sebelumnya merencanakan pengiriman astronot ke Bulan pada 2030, serta pembangunan pangkalan bersama dengan Rusia pada 2035.

"Kami percaya bahwa sebagian besar program luar angkasa sipil mereka adalah program militer. Dan saya pikir, pada dasarnya, kita sedang berkompetisi," kata pimpinan NASA Bill Nelson, dilansir //Independent//, Kamis (2/5/2024).

Ambisi Jepang ini mungkin akan mendorong China untuk meningkatkan rencananya sendiri. China telah membuat kemajuan besar dalam program luar angkasa, termasuk membangun stasiun luar angkasanya dan merencanakan penjelajahan di sisi jauh Bulan.

Misi gabungan antara AS dan Jepang akan bergantung pada keahlian Jepang dalam mengoperasikan kendaraan penjelajah di Bulan, dengan AS memberikan pelatihan dan manajemen risiko. Para analis menyoroti pentingnya kerja sama antarnegara dalam mengeksplorasi luar angkasa, terutama mengingat ambisi China yang semakin berkembang.

“Mereka sangat sadar bahwa mereka bersaing dengan Tiongkok dalam eksplorasi bulan, jadi ini akan menjadi program Apollo yang menggunakan steroid,” ujar profesor kebijakan sains dan teknologi di Universitas Tokyo, Kazuto Suzuki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement