Kamis 15 Jul 2021 14:27 WIB

Astronom Deteksi Isotop Karbon di Atmosfer Eksoplanet

Kali pertama, ilmuwan berhasil mendeteksi isotop karbon dari jarak yang begitu jauh.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi temuan planet eksasurya.
Foto: EPA-EFE/ESO/L. Calcada
Ilustrasi temuan planet eksasurya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom mendeteksi isotop karbon dalam planet eksasurya atau eksoplanet. Dalam kabut di sekitar planet ekstrasurya gas bernama TYC 8998-760-1 b, para astronom mendeteksi bentuk karbon yang dikenal sebagai karbon-13. Penemuan ini menunjukkan planet ekstrasurya terbentuk jauh dari bintang induknya.

"Sungguh sangat istimewa bahwa kami dapat mengukur ini di atmosfer planet ekstrasurya, pada jarak yang begitu jauh," kata astronom Yapeng Zhang dari Universitas Leiden di Belanda dilansir dari Sciencealert pada Kamis (15/7).

Baca Juga

Zhang menyampaikan jika dibandingkan bintang sangat terang, sedangkan planet sangat redup. Biasanya peneliti mengidentifikasi planet dengan mendeteksi efeknya pada bintang induknya, baik secara gravitasi, atau dengan meredupkan cahaya bintang saat melintas di depan. 

Eksoplanet ini memiliki sekitar 14 kali massa dan dua kali ukuran Jupiter, yang berarti relatif terang dengan cahaya bintang yang dipantulkan. Jadi tim peneliti yang dipimpin oleh Zhang melihat lebih dekat untuk melihat apakah cahaya yang dipantulkan oleh bintang dapat memberi tahu mereka sesuatu. 

Secara khusus, mereka menggunakan instrumen yang disebut Spectrograph for Integral Field Observations in the Near Infrared (SINFONI) pada Very Large Telescope milik European Southern Observatory di Chile. Instrumen ini mengamati spektrum cahaya. 

"Isotop cukup menarik. Mereka semua adalah bentuk dari unsur yang sama yang memiliki jumlah proton dan elektron yang sama, tetapi jumlah neutron yang berbeda," ujar Zhang.

Zhang menjelaskan Karbon-12 ialah isotop karbon stabil yang paling umum. Adapun Karbon-13 memiliki enam proton dan enam elektron, tetapi tujuh neutron. 

"Ini penting karena jalur pembentukan mereka berbeda, dan mereka berperilaku berbeda tergantung pada kondisi lingkungan mereka," sebut Zhang.

Pada TYC 8998-760-1 b, para peneliti mengharapkan kelimpahan karbon tertentu. Jumlah karbon-13 yang mereka temukan di atmosfer planet ekstrasurya itu dua kali lipat dari kelimpahan yang diharapkan. Tim percaya bahwa ini dapat memberi tahu sesuatu tentang kondisi di mana TYC 8998-760-1 b terbentuk. 

"Planet ini lebih dari seratus lima puluh kali lebih jauh dari bintang induknya daripada jarak Bumi dari Matahari," jelas ahli astrofisika Paul Mollière dari Institut Astronomi Max Planck di Jerman. 

"Pada jarak yang sangat jauh, es mungkin terbentuk dengan lebih banyak karbon-13, menyebabkan fraksi isotop yang lebih tinggi di atmosfer planet saat ini," lanjut Mollière.

Mollière menyampaikan deteksi isotop di atmosfer belum mungkin dilakukan untuk banyak exoplanet. Tetapi karena teleskop terus meningkat, maka bisa memberikan cara baru untuk mempelajari pembentukan exoplanet.

"Harapannya adalah di masa depan, isotop akan lebih membantu untuk memahami dengan tepat bagaimana, di mana, dan kapan planet terbentuk," kata astronom Ignas Snellen dari Universitas Leiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement