Sabtu 17 Apr 2021 19:50 WIB

Menavigasi Teknologi ke Masa Depan

Pandemi telah membuat semua pihak melihat nyata arti penting digitalisasi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Huawei
Foto:

Permasalahan masa depan

Saat ini, dunia masih bergelut dengan situasi pandemi. Tapi, bukan berarti pandemi adalah satu-satunya masalah yang akan dihadapi. Ke depan, masyarakat dunia akan tetap menemukan berbagai tantangan atau bahkan permasalahan baru.

Director of the Board and President of Huawei’s Institute of Strategic Research, William Xu menjelaskan, ada berbagai tantangan yang akan mempengaruhi kesejahteraan sosial selama dekade berikutnya. Beberapa di antaranya, adalah popuasi yang terus menua dan konsumsi energi yang semakin tinggi.

Ia merujuk pandangan Huawei tentang dunia cerdas pada 2030, termasuk sembilan tantangan teknologi dan arahan yang diusulkan untuk upaya penelitian.

William mengungkapkan, laporan PBB menunjukkan, pada 2030 populasi global akan mencapai 8,6 miliar, di mana lebih dari 12 persen akan berusia 65 tahun atau lebih tua. “Bisakah kita mendefinisikan orang yang berusia di atas 65 tahun sebagai orang tua? Kami memiliki tanda tanya di sana, tetapi ini tetap merupakan statistik yang cukup serius,” ujar William.

Di sisi lain, persentase orang yang berusia 25 tahun atau lebih muda, juga akan menurun. Oleh karena itu, William menjelaskan, hal ini akan berdampak pada munculnya potensi masalah, seperti populasi yang menua, kekurangan tenaga kerja, hingga dapat menghambat kemajuan sosial.

“Ada kebutuhan yang semakin meningkat akan solusi yang tidak hanya memperpanjang hidup. Tetapi meningkatkan kualitas hidup dan menjamin martabat selama perawatan di akhir hayat,” ia menjelaskan.

William juga mengungkapkan konsumsi energi global tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,7 persen. Jumlah ini meningkat 22 kali lipat sejak abad ke-18.

Menurut William, keberlanjutan energi, adalah tantangan universal yang menakutkan. Oleh karena itu, energi rendah karbon, listrik dan transformasi cerdas diperlukan untuk memastikan keberlanjutan.

Huawei memperkirakan, pada 2030 lebih dari 50 persen energi akan berasal dari sumber terbarukan. Termasuk, lebih dari 50 persen mobil yang dijual adalah mobil listrik.

Sebagaimana mobilitas listrik akan menjadi arus utama, kecerdasan buatan (AI) juga akan mengubah segalanya, karena lebih dari 80 persen rumah memiliki robot cerdas. “Jenis peran apa yang bisa dimainkan oleh industri TIK? Jika angka-angka ini sesuai, teknologi dapat membantu mengurangi emisi global hingga 20 persen selama dekade berikutnya,” jelasnya.

Dalam dekade mendatang, Huawei berharap dapat melihat banyak perbaikan besar dalam masyarakat. Kontribusi dari berbagai pihak pun diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan universal ini. “Dengan visi bersama, kita memiliki peran untuk dimainkan saat kita mengeksplorasi cara membuat koneksi lebih kuat, komputasi lebih cepat dan energi lebih hijau,” ujar Wiliam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement