Sulawesi: surga seni cadas
Wilayah selatan Pulau Sulawesi dikenal sebagai surga seni cadas. Temuan lukisan pada dinding gua sudah ditemukan di wilayah ini pada tahun 1950-an. Namun saat itu para arkeolog itu berasumsi lukisan-lukisan itu paling tua berusia 10.000 tahun.
Mereka menduga lingkungan tropis yang lembab telah menggerus dinding-dinding batu kapur di area tersebut dan menghancurkan semua seni cadas yang ada di dalamnya. Namun dugaan mereka keliru.
Setelah ribuan tahun sejumlah lukisan telah ditutupi lapisan kalsit yang tipis, keras, dan tembus cahaya, diendapkan saat air yang kaya mineral menetes ke dinding batu. Campuran lainnya yaitu adanya unsur uranium.
Pada tahun 2014, Profesor Adam ikut dalam tim peneliti yang menggunakan teknik yang disebut seri uranium untuk menghitung usia lapisan kalsit ini di atas stensil tangan.
Mereka menemukan lukisan di bawahnya setidaknya berusia 39.900 tahun.
"Penemuan (tahun 2014) menarik karena pada saat itu, tradisi seni gua dianggap paling awal ditemukan di Eropa pada periode waktu yang sama, 40.000 tahun yang lalu," katanya.
"Penemuan lukisan-lukisan ini di belahan lain dunia menantang pendapat soal asal mula tradisi seni gua yang canggih," ujar Profesor Adam.
Bertahun-tahun kemudian Profesor Adam dan peneliti lainnya telah menemukan dan mengetahui usia seni cadas yang lebih kompleks di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya. Mereka juga mengetahui lukisan berburu paling awal dalam seni prasejarah.
Dengan usia minimal 43.900 tahun, lukisan itu merupakan seni cadas hewan tertua yang diketahui hingga sekarang.
Kini, lukisan babi tiga ekor babi rusa, dua ekor di antaranya tampak sedang beradu, ditemukan oleh tim pada tahun 2017 di sebuah gua bernama Leang Tedongnge, tak begitu jauh dari Kota Makassar.
Ketika Profesor Max Aubert dari Griffith University mengumpulkan sampel kalsit dari gua Leang Tedongnge, dia menjadi orang Barat pertama yang menginjakkan kaki di sana.
"Sangat menakjubkan datang ke sana," kata Profesor Max. "Sekitar satu jam berjalan kaki, jadi kita mendaki gunung, lalu menuruni sisi lain, dan jalan setapak semakin sempit."
"Lalu kita akan melewati lorong gua dan berakhir di lembah yang masih asli," jelasnya kepada ABC.
Dari sampel ini dan kunjungan berikutnya, Profesor Max dan rekannya menghitung usia lukisan babi rusa itu setidaknya 45.500 tahun.
Mereka juga menganalisis satu set lukisan hewan dan stensil tangan di gua terdekat bernama Leang Balangajia, yang ditemukan pada 2018, dan menghitung lukisan-lukisan itu berusia setidaknya 32.000 tahun.