REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Galaksi Bimasakti yang di dalamnya terdapat Tata Surya kita diperkirakan berusia sekitar 13,6 miliar tahun. Kini, ilmuwan mencoba menjawab apa yang terjadi sebelum galaksi terbentuk.
Sebuah tim astrofisikawan merekonstruksi 'nenek moyang kosmik' galaksi kita. Dengan menggunakan kecerdasan buatan, ilmuwan menemukan gugus bola yang mengorbit Bima Sakti.
Gugus bola adalah kumpulan hingga satu juta bintang, hampir setua alam semesta. Lebih dari 150 kelompok jenis ini hadir di Bima Sakti. Para ilmuwan percaya bahwa banyak dari gugus bola ini diciptakan di galaksi yang lebih kecil yang bergabung membentuk galaksi kita.Para astronom memperlakukan mereka sebagai "fosil" untuk merekayasa bagaimana galaksi Bima sakti terbentuk.
Kelompok yang dipimpin oleh Dr. Diederik Kruijssen dari Universitas Heidelberg (ZAH) dan Dr. Joel Pfeffer dari Liverpool Universitas John Moores mencontoh kisah penggabungan Bima Sakti. Mereka merancang simulasi komputer canggih yang disebut E-MOSAICS untuk merepresentasikan model lengkap dari penciptaan, evolusi, dan matinya gugus bola.
Para peneliti mengaitkan usia, kimia, dan gerakan orbital gugus ini dengan komposisi galaksi sebelumnya yang membentuknya, lebih dari 10 miliar tahun lalu. Analisis tersebut memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan dengan tepat berapa banyak bintang yang dimiliki galaksi nenek moyang serta kapan penggabungan mereka membentuk Bima Sakti.
"Tantangan utama untuk menghubungkan sifat-sifat gugus bola dengan sejarah penggabungan galaksi induknya selalu adalah bahwa pembentukan galaksi merupakan proses yang sangat berantakan, di mana orbit gugus bola benar-benar diubah," kata Kruijssen dilansir di Big Think, Senin (16/11).
Ilmuwan melatih jaringan saraf tiruan untuk menyelidiki sejarah penggabungan galaksi. Selanjutnya, para peneliti menguji algoritme tersebut puluhan ribu kali pada simulasi. Ilmuwan dibuat kagum pada seberapa akurat simulasi ini mampu merekonstruksi sejarah penggabungan dari galaksi yang disimulasikan.
Kecerdasan buatan mampu menentukan massa bintang dan detail penggabungan dengan sangat presisi. Ia juga menemukan tabrakan 11 miliar tahun lalu antara Bima Sakti dan galaksi misterius yang oleh para ilmuwan dijuluki "Kraken".
Kruijssen menyebut tabrakan dengan Kraken ini sebagai penggabungan paling signifikan yang pernah dialami Bima Sakti. Peristiwa ini akan menggantikan tabrakan dengan galaksi Gaia-Enceladus-Sausage 9 miliar tahun yang lalu dan kemungkinan besar jauh lebih transformatif, karena galaksi kita pada saat itu berukuran empat kali lebih kecil.
Secara keseluruhan, para peneliti mengira Bima Sakti 'memakan' sekitar lima galaksi yang terdiri lebih dari 100 juta bintang, serta lima belas galaksi dengan 10 juta bintang atau lebih. Para ilmuwan berharap temuan mereka akan digunakan untuk menemukan puing-puing dari semua nenek moyang galaksi kita.
Studi ini telah diterbitkan dalam Royal Astronomical Society.