Ahad 30 Aug 2020 05:25 WIB

Selubung Gas Galaksi Andromeda Sentuh Bima Sakti

Galaksi Andromeda memiliki selubung gas yang masif.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Warna-warni cincin andromeda
Foto: Antara
Warna-warni cincin andromeda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Galaksi Andromeda terletak berdekatandengan galaksi kita Bima Sakti. Galaksi Andromeda dikelilingi halo yang masif, yang menabrak lingkaran cahaya galaksi kita ini. Penemuan ini diungkap dalam pengamatan teleskop luar angkasa milik NASA, Hubble.

Halo adalah selubung besar gas yang mengelilingi galaksi. Para ilmuwan menggunakan Hubble untuk mempelajari dan memetakan halo Andromeda secara komprehensif. Ilmuwan terkejut menemukan strukturnya yang unik, serta ukurannya yang sangat besar.

Baca Juga

Lingkaran itu memanjang 1,3 juta tahun cahaya dari galaksi, hampir setengah jalan ke galaksi kita, dan 2 juta tahun cahaya ke arah lain. Galaksi-galaksi ini sebenarnya berada pada jalur tabrakan yang akan menyebabkan kedua galaksi bergabung setidaknya dalam empat miliar tahun dari sekarang.

Penggabungan tersebut akan membentuk satu galaksi elips raksasa. Mengingat perpanjangan halo Andromeda ke arah Bima Sakti, halo ini sudah mendorong halo dari Bima Sakti.

"Memahami lingkaran cahaya besar gas yang mengelilingi galaksi sangat penting," ujar Samantha Berek, peneliti bersama dari studi baru yang diterbitkan The Astrophysical Journal dan mahasiswa di Universitas Yale, dalam sebuah pernyataan, dilansir CNN, Sabtu (29/8).

Berek mengatakan lingkaran gas berisi bahan bakar untuk pembentukan bintang masa depan di dalam galaksi. Lingkaran gas ini penuh dengan petunjuk tentang evolusi masa lalu dan masa depan galaksi.

Halo Andromeda juga memiliki dua lapisan gas bersarang yang membentuk cangkang berbeda. Berek dan tim peneliti menemukan cangkang dalam yang memanjang hingga sekitar setengah juta tahun cahaya jauh lebih kompleks dan dinamis daripada cangkang terluar.

Nicolas Lehner, penulis utama studi dan profesor penelitian astrofisika di Universitas Notre Dame mengatakan kulit terluar halo lebih halus dan lebih panas. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh dampak aktivitas supernova di cakram galaksi yang secara lebih langsung memengaruhi halo bagian dalam.

Andromeda, tetangga dekat galaksi Bima Sakti

Tim peneliti menemukan sejumlah besar unsur berat di lingkaran cahaya Andromeda yang kemungkinan besar terlepas dari interior bintang saat bintang meledak. Mengingat betapa miripnya kedua galaksi tersebut, memahami halo Andromeda dapat menjelaskan halo Bima Sakti juga yang lebih sulit dipelajari karena manusia tinggal di dalam galaksi ini.

Andromeda, yang kemungkinan mengandung sebanyak satu triliun bintang, ukurannya mirip dengan Bima Sakti yang besar dan jaraknya hanya 2,5 juta tahun cahaya. Kedengarannya sangat jauh tetapi dalam skala astronomi, itu membuat Andromeda begitu dekat.

Jika kita bisa melihat lingkaran cahaya masifnya, yang tidak terlihat dengan mata telanjang, itu akan menjadi tiga kali lebar konstelasi Biduk, mengerdilkan apapun di langit. Meskipun halo mungkin tidak terlihat oleh mata kita, namun jelas nyata bagi kemampuan sinar ultraviolet Hubble.

Hubble mengorbit Bumi dari jarak 340 mil, dan telah beroperasi selama 30 tahun. Teleskop berbasis darat tidak dapat mengamati sinar ultraviolet karena diserap oleh atmosfer Bumi.

Studi sebelumnya tentang halo Andromeda, yang dilakukan pada 2015, hanya mampu menggunakan cahaya dari enam quasar, atau inti galaksi aktif jauh yang menggunakan lubang hitam sebagai mesinnya. Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan program Proyek AMIGA atau Peta Penyerapan Gas Terionisasi di Andromeda, yang dikumpulkan oleh Hubble. Ini termasuk analisis cahaya dari 43 quasar yang tersebar di balik halo Andromeda.

Cahaya yang tersebar dari quasar-quasar ini memungkinkan para peneliti untuk menganalisis beberapa bagian halo dan menentukan bagaimana halo tersebut menyerap cahaya quasar. Para ilmuwan mampu mendeteksi bagaimana bagian halo menyerap cahaya secara berbeda.

Penyerapan cahaya ini adalah cara terbaik untuk mempelajari halo dan komposisinya karena tidak memancarkan radiasi yang mudah dideteksi. Namun, Hubble yang digunakan untuk mempelajari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh quasar, memungkinkan tim peneliti untuk mendeteksi tanda tangan karbon, silikon, dan oksigen dalam gas.

"Ini benar-benar eksperimen unik karena hanya dengan Andromeda kami memiliki informasi tentang halo di sepanjang tidak hanya satu atau dua garis pandang, tetapi lebih dari 40, yang adalah terobosan untuk menangkap kompleksitas halo galaksi di luar Bima Sakti,” jelas Lehner.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement