Rabu 08 Jan 2020 19:41 WIB

Astronom Temukan Struktur Gelombang Raksasa di Bima Sakti

Gelombang raksasa dikenal sebagai Gelombang Radcliffe.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar menunjukkan gelombang Radcliffe yang diambil dari World Wide Telescope.
Foto: tangkapan layar via cnn
Gambar menunjukkan gelombang Radcliffe yang diambil dari World Wide Telescope.

REPUBLIKA.CO.ID, HONOLULU — Tata surya kita berada di salah satu lengan spiral galaksi Bima Sakti. Untuk pertama kalinya, para astronom menyadari bahwa manusia dekat dengan struktur gas berbentuk gelombang raksasa yang menghubungkan pembibitan bintang.

Gelombang yang sekarang dikenal sebagai Gelombang Radcliffe untuk Radcliffe Institute for Advanced Study itu, membentang di puncak 500 tahun cahaya di tengah cakram galaksi Bima Sakti. Struktur panjang membentang untuk total 9.000 tahun cahaya dan lebar 400 tahun cahaya.

Baca Juga

Gelombang itu merupakan yang terbesar dari jenisnya di galaksi Bima Sakti. Temuan tersebut diumumkan pada Selasa (7/1) dalam pertemuan 235 American Astronomical Society di Honolulu.

Para peneliti dari Universitas Harvard menganalisis data dari pesawat ruang angkasa Gaia dari Badan Antariksa Eropa (ESA) yang telah mengukur bintang sejak 2013. Data Gaia digunakan untuk membuat peta 3D Bima Sakti. Kemudian, peta itu mengungkapkan pola gelombang di salah satu lengan spiral Bima Sakti yang paling dekat dengan tata surya.

“Tidak ada astronom yang mengharapkan kita hidup di sebelah kumpulan gas raksasa yang menyerupai gelombang, atau yang membentuk Lengan Lokal Bima Sakti,” kata profesor astronomi terapan Robert Wheeler Willson di Universitas Harvard, Alyssa Goodman dilansir di cnn, Selasa (7/1).

Dia dan rekannya terkejut saat pertama kali menyadari berapa lama Gelombang Radcliffe. Namun, bagaimana sinusoidal (mendefinisikan bentuk gelombang) itu ketika dilihat dari Bumi? Keberadaan gelombang ini memaksa ilmuwan untuk memikirkan kembali pemahaman tentang struktur 3D Bima Sakti.

Sebelumnya, pembibitan pembentukan bintang dalam struktur seperti gelombang dianggap sebagai bagian dari "Sabuk Gould." Sabuk itu, termasuk daerah formasi bintang yang diperkirakan tersusun dalam semacam cincin di sekitar matahari.

“Alih-alih, apa yang telah kami amati adalah struktur gas koheren terbesar yang kita ketahui di galaksi, yang diorganisasikan bukan di dalam cincin, tetapi dalam sebuah filamen besar yang bergelombang,” kata profesor astrofisika bintang di Universitas Wina dan mantan Radcliffe Fellow, João Alves.

Dia mengatakan matahari terletak hanya 500 tahun cahaya dari gelombang Radcliffe pada titik terdekatnya. Matahari berada tepat di depan mata sepanjang waktu, tetapi kita tidak bisa melihat gelombang itu sampai sekarang. Namun, nyatanya, kita benar-benar berinteraksi dengan gelombang itu.

“Kami tidak tahu apa yang menyebabkan bentuk ini, tetapi bisa seperti riak di kolam, seolah-olah sesuatu yang luar biasa besar mendarat di galaksi kita,” ujar Alves.

Matahari berinteraksi dengan struktur itu. Matahari melewati supernova, ketika melintasi Orion 13 juta tahun lalu. Dalam 13 juta tahun lainnya, matahari akan melintasi struktur itu lagi, seperti berselancar Ombak.

Peta 3D bisa menjadi awal untuk penemuan baru lainnya di galaksi Bima Sakti. Meskipun kita hidup di Bimasakti, mungkin sulit untuk dipelajari karena gas dan debu yang mengaburkan pandangan.

Pekan ini, NASA berbagi gambar inframerah baru yang memotong gas dan debu untuk melihat secara detail di pusat galaksi Bima Sakti. Gambar tersebut mengungkapkan lebih dari 600 tahun cahaya dan memungkinkan para astronom lebih mempelajari pembentukan bintang-bintang masif dan diet lubang hitam di pusat galaksi.

Perspektif itu dimungkinkan karena menggunakan  Observatorium Stratospheric untuk Infrared Astronomy, atau SOFIA, teleskop udara terbesar di dunia. “Luar biasa melihat pusat galaksi kami secara terperinci yang belum pernah kami lihat sebelumnya,” kata seorang ilmuwan Asosiasi Riset Antariksa Universitas di SOFIA Science Center, di Pusat Penelitian Ames NASA di Silicon Valley, California, James Radomski.

Mempelajari area itu seperti mencoba merakit puzzle dengan potongan-potongan yang hilang. Data SOFIA mengisi beberapa lubang, membuat kita semakin dekat untuk memiliki gambaran yang lengkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement