REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter telah memberlakukan sistem verifikasi akun terkini lewat program berlangganan Twitter Blue. Pemilik baru perusahaan Twitter, Elon Musk, telah menghapus semua tanda centang biru lama dan mulai memberlakukan program berbayar itu sebagai gantinya.
Dikutip dari laman Mashable SEA, Kamis (27/4/2023), pengguna yang berlangganan Twitter Blue harus membayar delapan dolar AS (sekitar Rp 119 ribu) per bulan untuk mempertahankan tanda centangnya. Sayangnya, pelaksanaan program itu tak terlalu mulus.
Dalam proses verifikasi baru Twitter Blue, warganet mendapati Twitter memverifikasi akun yang salah. Salah satunya, Twitter memverifikasi akun Disney palsu yang tampaknya dibuat khusus oleh troll internet.
Istilah troll internet mengacu pada orang yang mengirim pesan (atau pesan itu sendiri) di internet dengan tujuan untuk membangkitkan tanggapan emosional atau kemarahan warganet.
Pada Senin (24/4/2023) pagi, pengguna Twitter memperhatikan bahwa akun @DisneyJuniorUK telah menerima tanda centang emas. Lencana itu diperkenalkan Musk untuk akun bisnis organisasi dan perusahaan.
Padahal, @DisneyJuniorUK bukanlah akun resmi Disney. Bahkan, akun itu kerap digunakan untuk mengunggah shitpost alias konten agresif, ironi, dan berkualitas buruk.
Setelah mengetahui bahwa verifikasi itu tak tepat sasaran, Twitter akhirnya menangguhkan akun sepenuhnya pada Selasa (25/4/2023) pagi ini. Akan tetapi, pengguna @DisneyJuniorUK sempat "bersenang-senang" dengan tanda centang emas salah sasaran tersebut.
"Tidak mungkin. Ini tidak benar-benar nyata kan? Seseorang tolong cubit aku atau sesuatu," demikian cuitan @DisneyJuniorUK saat pertama kali menyadari bahwa akunnya telah diverifikasi.
Akun itu malah terus mengunggah beberapa cuitan acak dan sepenuhnya berpura-pura menjadi profil yang berafiliasi dengan Disney. Salah satunya, membuat cuitan yang mengklaim bahwa serial animasi "South Park" akan tayang di Disney+. Tentunya, itu adalah hoaks.
Untungnya, Twitter sadar beberapa jam kemudian, lalu menghentikan aksi ngawur itu. Namun, sebagian pengguna Twitter menganggap insiden salah verifikasi itu menurunkan kepercayaan terhadap sistem yang diterapkan di Twitter sekarang.