REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, dua orang astronom menemukan sebuah komet raksasa. Komet itu diberi nama Bernardinelli-Bernstein (BB), merujuk pada nama penemunya Pedro Bernardinelli dan Gary Bernstein.
Objek ini menurut para ilmuwan adalah komet terbesar yang penah ditemukan. Lebarnya mungkin lebih dari 160 kilometer, atau ratusan kali lebih besar dari komet biasa. Ilmuwan masih mencari tahu ihwal komet ini.
Sebuah studi baru oleh para astronom Universitas Maryland menunjukkan bahwa komet BB ternyata aktif jauh sebelum perkiraan sebelumnya. Aktif artinya es di dalam komet menguap dan membentuk selubung debu dan uap yang dikenal sebagai koma. Sejauh ini, hanya ada satu komet aktif yang telah diamati saat lebih jauh dari matahari. Komet tersebut berukuran jauh lebih kecil dari komet BB.
Temuan ini akan membantu para astronom menentukan terbuat dari apa BB dan memberikan wawasan tentang kondisi selama pembentukan tata surya. Temuan itu dipublikasikan di The Planetary Science Journal pada 29 November 2021.
"Pengamatan ini mendorong jarak untuk komet aktif secara dramatis lebih jauh dari yang kita ketahui sebelumnya," kata seorang ilmuwan peneliti di Departemen Astronomi UMD dan penulis utama studi Tony Farnham seperti dikutip dari laman Phys, Selasa (30/11).
Mengetahui kapan komet menjadi aktif adalah kunci untuk memahami terbuat dari apa objek tersebut. Sering disebut bola salju kotor atau bola tanah es, komet adalah kumpulan debu dan es yang tersisa dari pembentukan tata surya.
Saat komet yang mengorbit mendekati titik terdekatnya dengan matahari, komet menghangat, dan es mulai menguap. Seberapa hangat untuk mulai menguap tergantung pada jenis es yang dikandungnya misalnya air, karbon dioksida, karbon monoksida, atau senyawa beku lainnya.