REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sebuah teori menyatakan bahwa prekursor molekuler, yang merupakan bahan penyusun kehidupan, mungkin dibawa ke Bumi melalui komet. Para peneliti kini telah menunjukkan bagaimana komet dapat membawa bahan kehidupan dengan cara memantul dari satu planet ke planet lain.
Dilansir The Indian Express, Jumat (17/11/2023), jika sebuah komet ingin mengirimkan material organik, ia harus bergerak cukup lambat, sekitar 15 kilometer per detik. Kecepatan itu merupakan kecepatan yang lambat bagi komet.
Pada kecepatan yang lebih tinggi dari itu, molekul-molekul penyusun tersebut akan pecah seiring dengan suhu dan kecepatan benturan. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society A, para astronom dari University of Cambridge berteori bahwa tempat yang paling mungkin terjadi adalah di sistem “peas in a pod”.
Dalam sistem planet seperti ini, sekelompok planet mengorbit berdekatan. Di sini, ada kemungkinan komet bisa “dilewati” atau “terpental” dari satu planet ke planet lain.
Hal ini dapat memperlambatnya. Jika pengiriman komet penting bagi asal-usul kehidupan, sistem planet seperti itu bisa menjadi lokasi yang tepat untuk mencari kehidupan.
Selain itu, komet diketahui mengandung sejumlah molekul yang dianggap sebagai bahan penyusun kehidupan. Misi Hayabusa2 Badan Antariksa Jepang mengumpulkan sampel dari asteroid Ryugu pada tahun 2019.
Analisis sampel menemukan bukti adanya dua zat, yaitu Uracil dan Niacin. Uracil adalah salah satu bahan kimia pembangunan RNA. Niacin, juga dikenal sebagai Vitamin B3 atau asam nikotinat, penting untuk metabolisme.
Namun, penting untuk ditekankan bahwa para peneliti tidak mengklaim bahwa komet diperlukan untuk asal-usul kehidupan di Bumi atau planet lain mana pun. Sebaliknya, mereka hanya mempelajari bagaimana molekul kompleks seperti hidrogen sianida (HCN) dapat berhasil dibawa oleh komet.