Ahad 31 Oct 2021 23:39 WIB

Peneliti Lacak Aktivitas Aurora Selama 3.000 Tahun Terakhir

Aktivitas matahari mempengaruhi pergerakan aurora dari waktu ke waktu.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Friska Yolandha
Jhody Agus Setiawan, fotografer yang berhasil mengabadikan momen fenomena langit mirip aurora menggunakan kamera INFINIX ZERO X di Tumpeng Menoreh, Yogyakarta.
Foto: Istimewa
Jhody Agus Setiawan, fotografer yang berhasil mengabadikan momen fenomena langit mirip aurora menggunakan kamera INFINIX ZERO X di Tumpeng Menoreh, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JEPANG -- Aktivitas aurora di Bumi bervariasi dari waktu ke waktu. Aktivitas matahari juga memengaruhi mereka, dengan badai matahari yang kuat mendorong aurora lebih jauh ke garis lintang tengah.

Dalam upaya untuk lebih memahami bagaimana aurora bergerak, bagaimana mereka akan bergerak di masa depan, dan ketika badai matahari yang kuat dapat menimbulkan ancaman, tim peneliti telah melacak aktivitas aurora selama 3.000 tahun terakhir. Sepasang peneliti yang terkait dengan National Institute of Polar Research dan institusi lain di Jepang telah menggunakan literatur kuno dan data modern untuk memetakan zona aurora yang bergeser selama tiga milenium terakhir. Dengan menemukan catatan sejarah dari budaya di seluruh dunia, mereka telah membuat video yang mencakup 3.000 tahun arus aurora.

Mereka telah mempublikasikan penelitian mereka di Journal of Space Weather and Space Climate. Judul makalah ini adalah 'Zona Aurora selama 3.000 tahun terakhir' (Auroral zone over the last 3,000 years) dan penulis pertama adalah Ryuho Kataoka, profesor di National Institute of Polar Research.

“Pengetahuan akurat tentang zona aurora selama 3.000 tahun terakhir-melalui catatan saksi lama aurora di seluruh dunia, termasuk yang bahkan berasal dari lintang rendah Jepang-membantu kita memahami badai magnet ekstrem,” kata penulis pertama Kataoka dalam siaran pers, dilansir dari Science Alert, Ahad (31/10).

Sains memainkan peran bersama tulisan-tulisan kuno dalam penelitian ini. Paleomagnetisme adalah studi tentang bukti magnetik di bebatuan, dan para peneliti menggunakan  model paleomagnetik untuk memetakan zona aurora Bumi dari waktu ke waktu.

Zona aurora adalah bentuk oval yang bergeser dari waktu ke waktu. Kebanyakan aurora terjadi dalam sebuah band sekitar 20 sampai 30 derajat dari kutub. Tapi zona itu bisa meregang lebih jauh ke garis lintang tengah ketika badai matahari yang kuat terjadi; bahkan di wilayah seperti Jepang.

“Zona aurora berubah dari waktu ke waktu, dan deformasi dan perluasan sporadis dari oval aurora tercatat dalam dokumen sejarah lebih dari seribu tahun dari seluruh dunia,” kata Kataoka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement