REPUBLIKA.CO.ID, MAUNA KEA — Para peneliti dari University of California, mencoba menindaklanjuti penemuan tanda-tanda jenis supernova baru. Mereka melakukan penelitian di W.M. Observatorium Keck, di Maunakea, untuk mengkonfirmasi penampakan tersebut.
Hasil studi dari penelitian yang dilakukan itu diharapkan bisa memberi wawasan soal kehidupan dan kematian bintang. Para peneliti yang melakukan studi itu juga berharap bisa memverifikasi teori empat dekade silam dan dokumenter supernova dari seribu tahun lalu.
“Salah satu pertanyaan utama dalam astronomi adalah membandingkan bagaimana bintang berevolusi dan bagaimana mereka mati,” kata Stefano Valenti, profesor fisika dan astronomi University of California, dikutip dari Hawaii.edu, Rabu (30/6).
Valenti, yang tercatat sebagai peneliti dalam tim tersebut, diketahui telah membantu menemukan deskripsi dan penjelasan supernova (SN) 2018zd. Studi tersebut, dipublikasikan di Nature Astronomy.
“Ada banyak tautan yang masih hilang, jadi ini sangat menarik,” lanjut Valenti.
Dikatakan tim peneliti, ada dua jenis utama dari supernova. Salah satunya, adalah supernova keruntuhan inti besi yang terjadi ketika sebuah bintang masif (seukuran lebih dari 10 kali massa Matahari) kehabisan bahan bakar dan intinya runtuh menjadi lubang hitam atau bintang neutron.
Sedangkan tipe kedua, adalah supernova termonuklir, yang terjadi ketika bintang katai putih, sisa-sisa bintang hingga delapan kali massa Matahari meledak.
Namun demikian, dua tipe supernova itu diramalkan bisa bertambah menjadi tiga oleh Ken'ichi Nomoto dari Universitas Tokyo. Ramalan pada dekade 80-an itu, disebut sebagai supernova penangkap elektron.
Hasil temuan dari studi itu, nantinya juga bisa memberikan pencerahan terkait misteri supernova seribu tahun silam. Khususnya, yang sempat terlihat di seluruh penjuru dunia kala siang hari.
Dikatakan, pada tahun 1054 M silam, sebuah supernova yang disebut SN 1054 terjadi di Bima Sakti. Menurut catatan Cina dan Jepang, supernova itu sangat terang sehingga dapat dilihat pada siang hari selama 23 hari dan pada malam hari selama hampir dua tahun.
Supernova itu, cocok dengan kandidat supernova jenis tiga seperti yang diucapkan peneliti dari Jepang sebelumnya, Ken’Ichi. Namun demikian, karena kejadian yang sudah berlalu hampir seribu tahun, ledakan yang ada belum bisa dipastikan.