REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah bintang berukuran besar akan meledak sebagai supernova di pengujung hidupnya. Saat ledakan ini terjadi, inti bintang akan kolaps menjadi objek yang sangat padat dan berukuran relatif kecil. Inti bintang yang kolaps dan sangat padat ini dikenal dengan istilah bintang neutron.
"Bintang neutron merupakan salah satu objek paling aneh di alam semesta," ungkap EarthSky melalui laman resminya, seperti dikutip pada Kamis (4/1/2024).
Bintang neutron memiliki massa sekitar 1-2 kali lebih besar dari massa matahari. Akan tetapi, bintang neutron hanya memiliki lebar sekitar 20 kilometer.
Kepadatan bintang neutron bisa diibaratkan seperti satu buah gula kotak atau sugar cube yang memiliki berat sekitar 1 miliar ton. Artinya, satu bongkah gula kotak tersebut memiliki berat yang setara dengan 3.000 gedung Empire State.
Oleh karena itu, "isi" atau bagian dalam dari bintang neutron kerap mengundang rasa penasaran para ilmuwan. Di sisi lain, ilmuwan tidak bisa mengunjungi bintang neutrons ecara langsung untuk mendapatkan sampel. Alasannya, jarak bintang terdekat dari bumi adalah 400 tahun cahaya.
Untuk menjawab rasa penasaran ini, sekelompok ilmuwan membuat simulasi terkait kondisi bintang neutron. Simulasi ini dibuat dengan menggunakan kombinasi data astronomi yang sebenarnya dan komputer super. Dalam percobaan ini, tim peneliti juga menggunakan jenis deduksi statistik bernama analisis Bayes.
Dari simulasi ini, tim peneliti meyakini bahwa bagian dalam bintang neutron berisi materi kuark (quark) dingin. Dengan kondisi non nuklir, materi kuark dingin ini bisa eksis tanpa terikat dengan proton, neutron, atau partikel-partikel lain.
"Kuark dan gluon (di dalam bintang neutron) justru terbebas dari batasan warna khasnya dan bisa bergerak hampir secara bebas," jelas profesor di bidang fisika teoritis dari University of Helsinki, Aleksi Vuorinen, seperti dilansir Space.
Simulasi dari komputer super milik peneliti juga mengindikasikan bahwa materi yang ada di dalam bintang neuron hanya memiliki peluang di bawah 20 persen untuk mengalami perubahan cepat, seperti air berubah menjadi es.
Bila perubahan seperti ini terjadi, bintang neutron bisa menjadi tidak stabil dan membuat materi kuark di dalamnya bisa kolaps dan melahirkan lubang hitam. Temuan-temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.
Tim peneliti menilai keberadaan materi kuark di dalam bintang neutron perlu dikonfirmasi dengan analisis lebih lanjut. Akan tetapi, analisis ini kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak kekuatan komputer dan juga waktu, di samping data-data yang lebih baik.
"Kita harus menghabiskan jutaaan jam CPU dari waktu super komputer untuk bisa membandingkan prediksi teori kami dengan observasi dan membuktikan kemungkinan adanya inti (bintang neuron) bermater kuark," ungkap peneliti Joonas Hirvonen yang merupakan lulusan dari University of Helsinki.