REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Teleskop luar angkasa Hubble milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap gambar sebuah galaksi kerdil di konstelasi bintang Pegasus, yang diberi nama UGC 11860. Di balik gambar yang terlihat penuh kedamaian dan anggun itu, sebenarnya ada bencana yang telah terjadi.
Dikutip dari laman Mashable SEA, Rabu (12/7/2023), UGC 11860 berjarak sekitar 184 juta tahun cahaya dari tata surya kita. Para astronom sengaja membidik galaksi kerdil itu untuk mempelajari akibat ledakan bencana dan mencermati sisa-sisa supernova.
Ledakan kosmik yang hebat pertama kali terdeteksi pada 2014 di sana, yang tertangkap oleh All Sky Automated Survey for Supernovae. Itu adalah sebuah teleskop robotik yang berbasis di Hawaii dan punya julukan "Assassin" di antara para peneliti.
Sebuah bintang raksasa yang berukuran setidaknya delapan kali massa matahari meledak menjadi supernova dan runtuh menjadi lubang hitam. Menurut ahli astrofisika, supernova merupakan ledakan terbesar, paling terang, dan paling dahsyat di alam semesta.
Proses itu pun memunculkan banyak unsur, termasuk karbon, bahan kimia yang juga menjadi dasar manusia dan sebagian besar kehidupan di Bumi. Ledakan menyebarkan logam seperti kalsium yang ditemukan dalam tulang dan besi dalam darah melintasi ruang antarbintang.
Penyebaran itu menghasilkan generasi baru bintang dan planet. Itulah yang dimaksud astronom Carl Sagan ketika dia mengatakan manusia memiliki "materi bintang". Zat yang membangun tubuh manusia juga ditempa di dalam inti bintang.
Badan Antariksa Eropa, yang bekerja sama dengan NASA dalam mengoperasikan Hubble mengatakan, tim peneliti UGC 11860 ingin lebih memahami sistem bintang. Proses yang sangat energik selama ledakan supernova sebagian besar bertanggung jawab atas penempaan unsur-unsur antara silikon dan nikel pada tabel periodik. \"Ini berarti, memahami pengaruh massa dan komposisi sistem bintang nenek moyang sangat penting untuk menjelaskan berapa banyak unsur kimia di Bumi ini berasal,\" ujar perwakilan Badan Antariksa Eropa.
Sementara, pada Mei 2023, supernova lain ditemukan di salah satu lengan spiral Galaksi Pinwheel. Ledakan itu adalah salah satu yang paling dekat terlihat dalam beberapa dekade, berjarak 21 juta tahun cahaya dari Bumi. Meski terkesan sangat jauh, tetapi sebagai perbandingan, sebagian besar gambar yang terdeteksi oleh teleskop berasal dari jarak antara enam hingga 13 miliar tahun cahaya.
Kemungkinan besar, ledakan kolosal itu akan tetap cerah dan terus terlihat selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Peristiwa itu telah mengilhami beberapa astronom untuk memindai ruang di sekitar supernova. Kalau-kalau, ada peradaban alien yang memutuskan untuk menggunakan ledakan bintang itu sebagai sesuatu yang mirip dengan tembakan suar untuk menarik perhatian makhluk semesta lain.
Bicara soal supernova, tidak semua bintang mengalami proses itu. Jenis bintang menengah seperti matahari diperkirakan tidak akan mengalami supernova, tetapi secara bertahap akan kehabisan bahan bakar nuklir. Lantas, materialnya mengelupas menjadi cincin awan, dan menjadi layu hingga ke intinya, bintang kerdil putih yang terdiri dari karbon dan oksigen.