REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para astronom mendeteksi lubang hitam yang melahap bintang neutron. Peristiwa ini menciptakan riak, dalam ruang waktu yang disebut gelombang gravitasi, dengan menempuh jarak lebih dari 900 juta tahun cahaya untuk mencapai detektor di Bumi.
Tabrakan pertama dari dua yang terdeteksi pada 5 Januari 2020 oleh observatorium Virgo di Italia dan salah satu dari dua detektor yang membentuk Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) di AS. Ini terdiri dari lubang hitam sekitar 8,9 kali lebih besar dari matahari yang memakan bintang neutron sekitar 1,9 kali massa matahari.
Kedua, ini terlihat pada 15 Januari 2020, dengan ketiga detektor adalah lubang hitam, sekitar 5,7 kali massa matahari yang menelan bintang neutron sekitar 1,5 kali massa matahari. Sementara, LIGO telah mendeteksi peristiwa lain yang mungkin merupakan tabrakan antara lubang hitam dan bintang neutron, di mana kedua deteksi ini secara signifikan lebih jelas dan pasti.
Karena kedua peristiwa itu sangat jauh, para astronom tidak dapat melihat cahaya apa pun di langit dari tabrakan tersebut. Bahkan jika lebih dekat, mungkin tidak ada cahaya tampak yang dihasilkan sama sekali karena lubang hitam jauh lebih masif daripada bintang neutron.
"Simulasi menunjukkan bahwa bintang neutron akan ditelan utuh. Itu mungkin menghilang begitu saja ke dalam lubang hitam,” ujaranggota tim LIGO Astrid Lamberts dari Côte d'Azur Observatory (OCA) di Prancis, dilansir News Scientist, Kamis (30/6).
Lubang hitam dan bintang neutron dapat lahir sebagai pasangan, dari bintang-bintang yang telah mengorbit satu sama lain, atau dapat bertemu di kemudian hari selama masa hidup keduanya. Ada indikasi sementara bahwa yang terakhir mungkin benar untuk deteksi kedua, tetapi tidak ada yang cukup konkret untuk dikatakan dengan pasti.
“Kami telah melihat lubang hitam biner, kami telah melihat bintang neutron biner dan sekarang kami pasti telah melihat biner dengan keduanya. Sekarang kita membutuhkan supernova atau pulsar yang berputar. Itu akan menjadi masalah besar berikutnya,” jelas Nelson Christensen, seorang peneliti LIGO di OCA.