Jumat 07 May 2021 05:57 WIB

Roket Milik China akan Jatuh ke Bumi, Kapan dan Di Mana?

Puing roket diprediksi akan masuk kembali ke atmosfer Bumi pada 9 Mei.

 Cina meluncurkan roket Long March 5.
Foto:

Kekhawatiran muncul termasuk soal zona risiko

Ketidakpastian tentang waktu dan lokasi jatuhnya CZ-5B telah memunculkan beberapa kekhawatiran. Apakah roket itu akan jatuh di dekat atau di daerah berpenduduk atau tidak? Atau apakah puing-puing roket besar dengan tinggi total sekitar 57 meter itu dapat bertahan masuk kembali ke atmosfir Bumi tanpa terbakar habis, sehingga menyebabkan kerusakan atau bahkan yang lebih buruk ketika menghantam tanah?

ESA mengatakan bahwa dimungkinkan untuk "secara umum mengecualikan bagian mana pun dari permukaan bumi dari kejatuhan puing-puing.” Namun tetap ada yang disebut sebagai "zona risiko” yang mencakup wilayah antara garis lintang 41N dan 41S.

"Hal ini membuat khawatir negara-negara anggota ESA, termasuk sebagian wilayah Spanyol, Italia dan Yunani,” tulis ESA.

CZ-5B memiliki kemiringan orbital 41 derajat sehingga wilayah-wilayah termasuk New York di AS, Chili bagian selatan, Wellington di Selandia Baru, dan ibu kota Cina, Beijing, juga berada dalam zona risiko.

Tak sebesar insiden Skylab

Para ahli penerbangan luar angkasa, seperti Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, juga ikut mengawasi lintasan tahapan inti roket CZ-5B.

McDowell menggambarkan reentri tak terkendali dari CZ-5B sebagai sesuatu yang lebih besar dari apa pun baru-baru ini, tetapi tidak sebesar Skylab.

Skylab adalah stasiun luar angkasa Amerika yang jatuh kembali ke Bumi pada 1979 dan hancur di daerah berpenduduk di pedesaan Australia. Sebagian jatuh ke Samudera Hindia.

Sama seperti sekarang, McDowell mengatakan, data sebelum insiden itu terjadi masih belum jelas alias masih samar. Bahkan data setelah insiden terjadi pun masih tetap samar dan tidak jelas.

Ketika Skylab jatuh, juru bicara pemerintah AS dalam sebuah konferensi pers mengatakan bahwa "Kami kehilangan jejak benda itu pada lintasan terakhir di suatu tempat di sekitar...,” dan kemudian dia berhenti, tidak dapat mengingat nama pulau itu sampai seseorang membantunya dan mengatakan bahwa "hal berikutnya yang kami dengar adalah pesawat itu jatuh di atas Australia”, ujar McDowell.

Reentri tak terkendali yang disengaja kebanyakan gagal

Beberapa ahli mengatakan bahwa reentri tak terkendali dari roket yang kembali ke Bumi sejatinya dapat direncanakan.

Namun, McDowell dalam sebuah cuitannya di Twitter mengatakan: "Sebelum CZ-5B mulai diluncurkan, TIDAK ADA roket dengan berat di atas 10 ton yang berhasil melakukan reentri tak terkendali ‘yang disengaja' sejak 1990. DOS-6 (Salyut-7), STS-107 dan Fobos-Grunt semuanya gagal.”

Salyut-7 adalah stasiun luar angkasa Soviet-Rusia, sementara STS-107 adalah pesawat ulang-allik milik Amerika yang hancur saat masuk kembali ke Bumi, menewaskan semua awak. Dan Fobos-Grunt adalah pesawat penjelajah milik Rusia.

China memang telah banyak mencatat kesuksesan misi luar angkasa dalam beberapa tahun terakhir, dengan pendaratan di bulan pertama di dunia yang membawa sampel batuan ke Bumi.

Tapi tidak semua misinya berjalan baik. Pada 2018, prototipe stasiun luar angkasa China yang baru dilaporkan jatuh ke Bumi, mendarat di Samudra Pasifik setelah China kehilangan kendali atasnya.

sumber: https://www.dw.com/id/entri-tak-terkendali-roket-cina-diselimuti-ketidakpastian/a-57431729

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement