REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa warna matahari mungkin pertanyaan umum yang sering kita dengar sehari-hari ketika berhadapan dengan anak kecil. Jika Anda mengingat kembali ke sekolah dan mengingat saat guru Anda menyinari prisma untuk menciptakan pelangi buatan, Anda mungkin sudah mengetahui jawaban untuk pertanyaan ini.
"Seluruh matahari dan semua lapisannya bersinar," kata Christopher Baird selaku asisten profesor fisika di Universitas A&M Texas Barat dilansir dari livescience pada Selasa (4/1).
"Warna matahari adalah spektrum warna yang ada di dalam sinar matahari, yang muncul dari interaksi yang kompleks dari semua bagian matahari," lanjut Baird.
Jadi, jika seseorang mencoba mencari tahu warna matahari, maka perlu membedah sinar matahari di Bumi dan mengukurnya. Ada beberapa cara berbeda untuk melakukan ini namun tidak terlalu berteknologi tinggi. Pada kenyataannya, kebanyakan anak mungkin telah melakukan beberapa versi percobaan ini.
"Kandungan warna berkas cahaya dapat dengan mudah diidentifikasi dengan menjalankan berkas melalui prisma," ujar Baird.
"Benda-benda sederhana, murah, dan ringan ini menyebarkan berkas cahaya ke berbagai komponen warna murni. Setiap warna murni memiliki frekuensi gelombang yang berbeda," tambah Baird.
Itulah sebabnya para ilmuwan cenderung menggunakan kata "warna" dan "frekuensi" secara bergantian. Alasannya sinar warna cahaya ditentukan oleh frekuensinya. Misalnya untuk cahaya tampak merah memiliki frekuensi terendah dan ungu memiliki frekuensi tertinggi.
Rentang warna, atau frekuensi dalam seberkas cahaya disebut spektrum. Spektrum elektromagnetik, dari gelombang frekuensi tertinggi hingga terendah. Saat seseorang mengarahkan sinar matahari melalui prisma, maka akan melihat semua warna pelangi keluar dari ujung lainnya. Artinya bisa melihat semua warna yang terlihat oleh mata manusia.
"Oleh karena itu matahari berwarna putih sebab putih terdiri dari semua warna," ucap Baird.