REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- The Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR), perangkat fusi superkonduktor yang dikenal sebagai matahari buatan Korea, menetapkan rekor dunia baru. Dalam eksperimennya tahun 2020 ini, perangkat ini mampu menghasilkan dan mempertahankan suhu 100 juta derajat celcius selama 20 detik.
Perangkat fusi superkonduktor ini digarap KSTAR bekerja sama dengan Seoul National University (SNU) dan Columbia University Amerika Serikat. Capaian yang diperoleh ini merupakan salah satu syarat inti fusi nuklir dalam KSTAR Plasma Campaign 2020.
Pada 2019, matahari buatan berhasil mempertahankan waktu operasi plasma 8 detik. Pada tahun 2018, KSTAR mencapai suhu ion plasma 100 juta derajat untuk pertama kalinya (waktu retensi: sekitar 1,5 detik).
Ada perangkat fusi lain yang menghasilkan plasma pada suhu 100 juta derajat atau lebih tinggi hingga sekarang. Tak satu pun dari mereka melanggar batas mempertahankan aktivitas selama 10 detik atau lebih.
Tidak mudah untuk mempertahankan status plasma yang stabil dalam perangkat fusi pada suhu setinggi itu untuk waktu yang lama. Pada percobaan tahun 2020, KSTAR meningkatkan kinerja mode Internal Transport Barrier (ITB), salah satu mode operasi plasma generasi berikutnya yang dikembangkan tahun lalu.
"Teknologi yang dibutuhkan untuk operasi jangka panjang 100 juta-plasma adalah kunci realisasi energi fusi. Keberhasilan KSTAR dalam mempertahankan plasma bersuhu tinggi selama 20 detik akan menjadi titik balik yang penting dalam perlombaan untuk mengamankan teknologi untuk operasi plasma berkinerja tinggi yang panjang, komponen penting dari reaktor fusi nuklir komersial di masa depan," kata Direktur Si-Woo Yoon dari Pusat Penelitian KSTAR di KFE , dilansir dari Tech Explorist, Sabtu (26/12).
Profesor di Departemen Teknik Nuklir, SNU, Yong-Su Na yang telah bersama-sama meneliti operasi plasma KSTAR mengatakan keberhasilan eksperimen KSTAR dalam operasi suhu tinggi yang lama dengan mengatasi beberapa kelemahan mode ITB. Ini membawa ilmuwan selangkah lebih dekat ke pengembangan teknologi untuk realisasi energi fusi nuklir.