REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan terus berlomba-lomba membuat energi bersih terbarukan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan fusi nuklir. Reaksi fusi merupakan reaksi yang terjadi di dalam matahari.
Para ilmuwan telah mencoba memanfaatkan kekuatan fusi nuklir, yaitu proses di mana bintang-bintang terbakar selama lebih dari 70 tahun. Dengan menggabungkan atom hidrogen untuk membuat helium di bawah tekanan dan suhu yang sangat tinggi.
Reaksi ini mampu mengubah materi menjadi cahaya dan panas. Nantinya, proses itu akan menghasilkan energi dalam jumlah besar tanpa menghasilkan gas rumah kaca atau limbah radioaktif tahan lama.
Terbaru, pada pekan ini, reaktor fusi nuklir gabungan Inggris dan Eropa memecahkan rekor baru. 'Matahari artificial' Joint European Torus (JET) yang berlokasi dekat Oxford, Inggris menghasilkan 59 megaJoule energi selama 5 detik.
Angka ini bukan keluaran energi yang besar. Energi ini hanya cukup untuk merebus air senilai sekitar 60 ceret. Namun, kinerja ini melampaui rekor sebelumnya yang tercatat pada 24 tahun lalu. Rekor terbaru ini menghasilkan lebih dari dua kali lipat rekor mereka dari eksperimen yang dilakukan pada 1997.
Optimasi yang dilakukan pada reaktor JET ini nantinya akan menjadi dasar penelitian untuk proyek fusi lanjutan yang akan dilakukan oleh proyek ITER. Proyek Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER) yang berbasis di Prancis dijadwalkan untuk memulai eksperimen fusi pada 2025.
Proyek ambisius senilai 22 miliar dolar Amerika Serikat (AS) ini pada akhirnya bertujuan untuk mencapai energi yang tidak terbatas. JET dan ITER menggunakan medan magnet untuk membatasi plasma, gas isotop hidrogen yang sangat panas, di tokamak. Di bawah panas dan tekanan, isotop hidrogen melebur menjadi helium, melepaskan energi sebagai neutron.
Untuk memecahkan rekor energi, JET menggunakan campuran bahan bakar tritium, bahan bakar yang sama yang akan menggerakkan ITER, yang sedang dibangun di Prancis selatan.
Matahari artificial China
Pada bulan Januari lalu, reaktor energi fusi milik China telah berjalan selama 1.056 detik pada 70 juta derajat Celcius. Ini adalah durasi terlama reaktor China’s Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) saat ini. Sistem ini dikembangkan oleh China National Nuclear Corporation (CNNC).
‘Matahari Buatan’ yang disebut HL-2M, adalah reaktor fusi di Southwestern Institute of Physics (SWIP) di Chengdu. Reaktor menghasilkan tenaga dengan menerapkan medan magnet yang kuat ke hidrogen untuk mengompresnya hingga menciptakan plasma yang dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat Celcius.
Matahari artificial Korea Selatan
Korea Selatan juga telah melakukan eksperimen dengan membuat matahari artifisial. The Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR), perangkat fusi superkonduktor yang dikenal sebagai matahari buatan Korea ini bekerja sama dengan Seoul National University (SNU) dan Columbia University Amerika Serikat.
Dalam eksperimennya pada akhir tahun 2020 ini, perangkat ini mampu menghasilkan dan mempertahankan suhu 100 juta derajat celcius selama 20 detik.