REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jupiter, planet terbesar di tata surya sering dianggap membantu kehidupan agar tetap ada di Bumi. Caranya, dengan membelokkan asteroid berbahaya agar tidak memasuki tata surya bagian dalam dan bertabrakan dengan dunia.
Lalu bagaimana dengan sistem surya lain? Apakah ada apakah planet layak huni yang juga memiliki dunia mirip Jupiter yang lebih besar untuk melindunginya?
Dilansir dari earthsky, pada Jumat (23/10), sekelompok astronom internasional, yang dipimpin oleh Martin Schlecker dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) mengatakan baru saja mengumumkan studi baru yang menunjukkan bahwa jenis pengaturan planet ini mungkin lebih umum dari yang diketahui sebelumnya.
Dari simulasi komputer, menunjukkan bahwa planet berbatu tipe Bumi, atau Bumi Super akan sering ditemukan beserta planet yang lebih besar (seperti Jupiter). Penemuan ini dirinci dalam makalah peer-review baru yang telah diterima untuk publikasi di jurnal Astronomy dan Astrophysics.
Penelitian ini berfokus pada planet Bumi Super. Istilah Bumi Super merujuk pada planet berbatu yang berukuran lebih besar dibandingkan Bumi tetapi secara signifikan lebih kecil dan kurang masif dibandingkan Neptunus atau raksasa gas..
Simulasi komputer baru menunjukkan bahwa planet Bumi Super ini akan sering terbentuk bersama dengan planet mirip Jupiter di orbit luar. Ini mirip seperti yang terjadi di Tata Surya kita.
Dunia yang lebih kecil dan berbatu disebut sebagai Bumi Super kering, dengan atmosfer yang lebih tipis dan relatif sedikit air atau es. Schlecker mengatakan berdasarkan simulasi Bumi Super es atau super-Bumi berbatu (miskin es) terbentuk bersama dengan Jupiter yang dingin.
Simulasi ini belum bisa dipastikan apakah juga cocok untuk planet yang sebenarnya berukuran hampir sama dengan Bumi. Sebab, penelitian ini lebih berfokus pada Bumi Super.
Menurut Christoph Mordasini, salah satu penulis makalah dari Universitas Bern mengatakan mereka melakukan evaluasi statistik terhadap simulasi komputer baru yang melibatkan 1.000 sistem planet dalam proses evolusi di sekitar bintang mirip matahari.
Namun simulasi tersebut tampaknya menunjukkan sesuatu yang berbeda. Dari hasil simulasi, hanya sekitar 1/3 Jupiter dingin yang seharusnya memiliki Bumi Super dalam sistem yang sama.
Para ilmuwan memiliki beberapa ide. Utamanya, berkaitan dengan kecepatan di mana planet raksasa mirip Jupiter secara bertahap bermigrasi ke dalam lebih dekat ke bintang mereka.
Menurut teori pembentukan planet saat ini, ini akan menghasilkan lebih banyak planet gas raksasa di orbit menengah, antara tata surya bagian luar dan tata surya bagian dalam. Jupiter hangat ini harus mengganggu orbit super-Earth bagian dalam dan bertabrakan dengan mereka atau menyebabkan mereka terlempar keluar dari sistem planet mereka.
Tapi bukan itu yang diamati. Para ilmuwan berpikir bahwa kecepatannya mungkin lebih lambat dari perkiraan pertama. Ini memungkinkan lebih banyak Bumi Super untuk tetap berada di orbit dekat di sekitar bintang mereka seperti yang telah diamati berkali-kali sekarang.
Dalam skenario itu, lebih banyak sistem planet seharusnya memiliki Jupiter dan Bumi Super. Jupiter dilihat oleh pesawat antariksa Juno NASA pada Februari 2019. Planet raksasa itu telah lama dianggap sebagai "pengawal" Bumi, melindunginya dari benturan asteroid dengan gravitasi yang sangat besar.
Hasilnya cukup umum karena pengamatan saat ini belum dapat secara khusus mengkategorikan perbedaan antara Bumi Super yang berbeda. Beberapa diperkirakan sebagian besar berbatu, sementara yang lain mungkin memiliki lautan global, bergantung pada ukuran dan massanya.