REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli astronomi mengonfirmasi temuan 12 bulan yang mengorbit Planet Jupiter. Penemuan antariksa itu membuat jumlah bulan yang dimiliki Jupiter menjadi 92. Dengan demikian, Jupiter merebut rekor Saturnus sebagai planet dengan bulan terbanyak.
Selama ini, Saturnus yang memiliki 83 bulan dianggap sebagai planet dengan bulan paling banyak. Temuan baru tentang jumlah bulan yang mengorbit Planet Jupiter memberikan perbedaan besar mengenai informasi di tata surya kita.
Sebagian besar bulan baru Jupiter yang diidentifikasi berukuran "kecil", dengan lebar sekitar satu hingga 3,2 kilometer. Mayoritas bulan baru yang ditemukan memiliki orbit cukup lebar, membutuhkan waktu lebih dari 550 hari untuk mengelilingi raksasa gas Jupiter.
Tidak hanya itu, sebagian bulan mengorbit Jupiter dalam gerakan mundur, yang berarti gerakannya berlawanan arah dengan rotasi planet. Para astronom memprediksi bulan-bulan itu dulunya digolongkan sebagai asteroid, sebelum tersedot oleh gravitasi Jupiter. Ke-12 bulan baru Jupiter sebenarnya sudah ditemukan pada 2021 dan 2022, tetapi baru diverifikasi.
Scott Sheppard, seorang astronom di Carnegie Institution for Science di Washington, Amerika Serikat, adalah orang yang pertama kali melihat sejumlah bulan itu. Dia melaporkan pengamatannya ke Minor Planet Center di International Astronomical Union.
Minor Planet Center selalu melacak laporan benda-benda kecil di tata surya, sehingga orbitnya dapat dipantau dan objek-objek tersebut dikonfirmasi sebagai bulan. Sejumlah 12 bulan baru itu kini bergabung dengan daftar panjang bulan-bulan Jupiter lainnya, yang diberi tajuk empat satelit alami Galilea.
Penamaan itu terinspirasi astronom Galileo Galilei, yang mengamatinya pada tahun 1610. Dari puluhan bulan Jupiter, ada yang bernama Ganymede (dengan ukuran lebih besar dari Merkurius), serta Callisto (yang paling berkawah).
Belum ada bulan baru yang diberi nama, tetapi dalam beberapa waktu mendatang masing-masing bulan akan diberi nomor oleh Minor Planet Center. Sheppard mengatakan, International Astronomical Union mengizinkan penamaan bulan jika ukurannya lebih besar dari 2,4 kilometer.
"Setengah dari penemuan baru ini lebih besar dari itu, sehingga akan mendapatkan nama. Kami yakin Uranus dan Neptunus juga memiliki banyak bulan kecil, tetapi planet-planet itu lebih jauh, sehingga lebih sulit untuk mendeteksi bulan-bulan kecil di sekitarnya," ujar Sheppard dikutip dari laman Daily Mail, Jumat (10/2/2023).
Informasi yang saat ini ada, Merkurius dan Venus diketahui tidak memiliki bulan yang mengorbit planet. Bumi memiliki satu bulan, Mars memiliki dua bulan, Neptunus punya 14 bulan, Saturnus punya 83 bulan, dan kini Jupiter tercatat memiliki 92 bulan.
Saat melakukan pengamatan dan "menemukan" bulan Jupiter, Sheppard dan timnya menggunakan Teleskop Subaru di Hawaii. Digunakan pula dark energy camera pada teleskop Blanco di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chile.
Sheppard yakin 12 bulan yang ditemukan adalah sisa-sisa dari sekitar tujuh bulan yang lebih besar dan pecah saat bertabrakan dengan bulan lain, asteroid, atau komet. Akibatnya, tercipta bulan-bulan yang lebih kecil. Pengamatan lebih lanjut juga akan dilakukan.
Akhir 2023 nanti, Badan Antariksa Eropa akan meluncurkan pesawat ruang angkasa Jupiter Icy Moons Explorer (JUICE). JUICE menjalani misi mengeksplorasi empat bulan utama Jupiter, yang merupakan planet kelima dari matahari dan terbesar di tata surya tersebut.
Pada 2024, Europa Clipper NASA akan diluncurkan untuk menangkap pemandangan lebih jelas dari Europa, salah satu bulan di Jupiter. Bagaimanapun, masih banyak misteri yang disimpan planet Jupiter, bola gas masif yang sebagian besar terbuat dari hidrogen dan helium itu.