REPUBLIKA.CO.ID, OKLAHOMA -- Upacara wisuda Oklahoma City University yang dihelat secara virtual terganggu oleh pesan kebencian dari peretas rasis. Zoom-bombing tiba-tiba mengusik menjelang berakhirnya prosesi wisuda, Sabtu (9/5).
Cemoohan rasial dan lambang swastika muncul di siaran Zoom ketika lulusan Afrika-Amerika Jay Williams menyampaikan doa. Saat itu, ia mengatakan, "Di mana ada kebencian, semoga kita menjadi agen cinta."
Presiden Oklahoma City University Martha Burger sontak mengutuk upaya nyata untuk menodai momen bersejarah bagi sekitar 650 lulusan. Zoom-bombing juga mencederai perasaan keluarga lulusan beserta orang-orang yang mereka yang juga menonton wisuda virtual tersebut.
"Kami sedih dan marah atas serangan penuh kebencian yang terjadi pada akhir perayaan kelulusan virtual kami," kata Burger dilansir di ABC News, Senin (11/5).
"Dalam kesempatan yang seharusnya difokuskan pada penghargaan terhadap siswa lulusan kami, sumber yang tidak diketahui menyelinap sistem keamanan dan menampilkan bahasa rasis dan ofensif. Saya ingin memperjelas, OCU menentang rasisme, kefanatikan, dan anti-Semitisme." ujarnya lagi.
Juru bicara sekolah Rod Jones mengatakan, kepolisian universitas dan FBI telah meluncurkan penyelidikan bersama untuk mengidentifikasi orang yang bertanggung jawab atas insiden Zoom-bombing. Pelaku akan diseret ke pengadilan.
Ketika virus corona mulai mewabah pada bulan Maret, universitas membatalkan semua kelas reguler dan beralih ke instruksi online sembari menunda acara atletik dan ekstrakurikuler. Dalam upaya untuk menahan penyebaran virus, Gubernur Oklahoma Kevin Stitt memberlakukan perintah tetap di rumah pada 1 April, termasuk membatasi semua pertemuan untuk 10 orang atau lebih sedikit.
Jones mengonfirmasi bahwa wisuda itu disiarkan di platform konferensi video Zoom. Juru bicara Zoom mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa mereka mengecam keras perilaku semacam itu. Belum lama ini, Zoom telah memperbarui beberapa fitur untuk membantu pengguna lebih mudah melindungi pertemuan virtualnya.
"Kami mendorong pengguna untuk melaporkan insiden semacam ini ke Zoom, sehingga kami dapat mengambil tindakan yang sesuai atau langsung ke otoritas penegak hukum," kata juru bicara tersebut.