Rabu 05 Jul 2023 15:52 WIB

Canggih, Smartwatch Bisa Bantu Deteksi Parkinson, Bahkan Sebelum Gejala Muncul

Data jam tangan pintar mudah diakses dan berbiaya rendah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Smartwatch bisa mengidentifikasi penyakit Parkinson hingga 7 tahun sebelum gejala-gejala yang khas muncul dan diagnosis klinis.
Foto: www.freepik.com
Smartwatch bisa mengidentifikasi penyakit Parkinson hingga 7 tahun sebelum gejala-gejala yang khas muncul dan diagnosis klinis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Smartwatch atau jam tangan pintar dilaporkan bisa mengidentifikasi penyakit Parkinson hingga 7 tahun sebelum gejala-gejala yang khas muncul dan diagnosis klinis. Simpulan ini merujuk pada studi yang dilakukan tim peneliti dari Cardiff University di Inggris.

Tim peneliti menunjukkan bahwa menggabungkan data jam tangan pintar selama satu minggu dengan kecerdasan buatan (AI) dapat membantu mengidentifikasi individu yang sekitar tujuh tahun kemudian akan mengembangkan penyakit Parkinson.

Baca Juga

Dr Cynthia Sandor dari Divisi Riset Demensia di Cardiff University, mengatakan bahwa jam tangan pintar bisa digunakan sebagai sebagai alat skrining baru untuk penyakit Parkinson, yang memungkinkan deteksi gangguan pada tahap yang jauh lebih awal daripada yang dapat dilakukan dengan metode saat ini.

“Data jam tangan pintar mudah diakses dan berbiaya rendah. Dengan menggunakan jenis data ini, kami berpotensi dapat mengidentifikasi individu pada tahap awal penyakit Parkinson dalam populasi umum," kata Sandor seperti dilansir dari Siasat Daily, Rabu (4/7/2023).

“Kami telah menunjukkan bahwa data selama satu minggu bisa menjadi indikator dalam memprediksi kejadian hingga 7 tahun ke depan. Dengan hasil ini, kami dapat mengembangkan alat skrining yang berharga untuk membantu deteksi dini Parkinson," tambah Dr Sandor.

Parkinson memengaruhi sel-sel di otak yang disebut neuron dopaminergik, yang terletak di area otak yang dikenal sebagai substantia nigra. Hal ini menyebabkan gejala motorik seperti tremor, rigiditas (kekakuan), dan lambatnya gerakan.

Pada saat gejala-gejala khas Parkinson ini mulai muncul dan diagnosis klinis telah dibuat, lebih dari separuh sel dalam substansia nigra telah mati. Karenanya, diperlukan metode yang bisa diandalkan, dan mudah diakses untuk mendeteksi perubahan dini, sehingga intervensi dapat dilakukan sebelum penyakit ini menyebabkan kerusakan yang luas pada otak.

Untuk mendapat simpulan ini, tim peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dari 103.712 partisipan di Inggris yang mengenakan jam tangan pintar kelas medis selama periode tujuh hari pada tahun 2013 hingga 2016. Perangkat tersebut mengukur akselerasi rata-rata, yang berarti kecepatan gerakan, secara terus menerus selama periode seminggu.

Mereka membandingkan data dari sebagian partisipan yang telah didiagnosis dengan penyakit Parkinson, dengan kelompok lain yang menerima diagnosis hingga tujuh tahun setelah data jam tangan pintar dikumpulkan.

“Namun, keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya replikasi menggunakan sumber data lain, karena saat ini tidak ada kumpulan data lain yang sebanding yang memungkinkan analisis serupa. Namun, evaluasi ekstensif dilakukan untuk mengurangi bias,” kata Sandor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement