REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sebuah roket milik China jatuh tak terkendali ke bumi tepatnya di atas Samudra Hindia pada Sabtu (30/7/2022). Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengkritik China karena tidak jujur akan hal ini.
Dilansir Gulf Today, Senin (1/8/2022), menurut penilaian dari Aerospace Corporation ketika roket pendorong jatuh dari orbit, semenanjung Baja California yang berpenduduk di Meksiko berada di jalur puing-puingnya. Para ahli mengatakan pecahnya lautan terbuka adalah skenario yang paling mungkin.
Booster Long March 5B seberat 21 ton diluncurkan pada 24 Juli untuk mengirimkan modul baru ke stasiun luar angkasa Tiangong China. Namun tidak seperti pendorong roket yang dapat digunakan kembali yang dapat membuat penurunan bertenaga, seperti SpaceX Falcon 9, roket Long March dibiarkan jatuh di luar kendali sampai orbitnya secara alami terdegradasi dan jatuh kembali ke b umi.
“Jatuhnya roket itu terjadi sekitar pukul 12.45 EDT Sabtu (Ahad tengah malam waktu Indonesia, di atas Samudra Hindia dekat Malaysia,” demikian menurut Komando Luar Angkasa AS.
Pada Sabtu, sejumlah akun Twitter mulai berbagi video tentang apa yang bisa menjadi roket yang pecah di Malaysia, tetapi belum dikonfirmasi apakah video tersebut benar-benar menunjukkan sisa-sisa roket. Tak lama setelah pukul 14.00 EDT Sabtu, administrator NASA Bill Nelson merilis sebuah pernyataan, melalui email dan di Twitter, memperingatkan China karena tidak memberikan informasi yang lebih baik tentang proyeksi lintasan masuk kembali roket mereka.
Masuknya kembali roket itu pada Sabtu lalu, menandai ketiga kalinya China membiarkan roket masuk kembali ke atmosfer bumi tanpa terkendali.