REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah membuat peta gunung, ngarai, dan dataran paling akurat yang membentuk dasar Samudra Selatan yang mengelilingi Antartika. Peta ini, mencakup 48 juta kilometer persegi (18,5 juta mil persegi).
Peta merinci titik terdalam baru untuk pertama kalinya: Factorian Deep, titik yang terletak 7.432 meter (24.383 kaki) di bawah permukaan laut.
Navigasi yang aman, konservasi laut, dan pemahaman tentang iklim bumi dan sejarah geologi semuanya membutuhkan pengetahuan tentang bentuk dasar laut. Namun, beberapa petak besar tanah tidak pernah sepenuhnya dipetakan.
Upaya pertama untuk membuat peta komprehensif diterbitkan pada tahun 2013. Dibutuhkan waktu lima tahun untuk membuat dan memperbarui Bagan Batimetrik Internasional Samudera Selatan (IBCSO).
Proyek IBCSO, bersama dengan proyek lainnya di seluruh dunia, secara bertahap mengisi kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang kedalaman terdalam lautan.
Kapal dan perahu diminta untuk menggunakan sistem sonar mereka secara teratur untuk mendapatkan pengukuran kedalaman (batimetri). Sementara itu, pemerintah, perusahaan, dan institusi didesak untuk membagikan data sebanyak mungkin untuk bisa membuat data ini.
Peta baru menggambarkan seluruh dasar Samudra Selatan ke arah kutub 50 derajat Selatan. Sebagian besar data dalam peta berasal dari kapal yang yang membantu para ilmuwan di Antartika, termasuk RRS James Clark Ross, bekas kapal kutub Inggris.
Kapal-kapal ini menggunakan echosounder mereka untuk mempelajari topografi saat mereka melakukan perjalanan antara Benua Putih dan tempat-tempat seperti Chili, Afrika Selatan, dan Tasmania.
Pembuatan peta ini lebih terorganisir lantaran organisasi penelitian dari beberapa negara bekerja sama untuk mencoba sedikit mengimbangi rute yang dilalui oleh kapal pemecah es mereka.
RRS Sir David Attenborough, kapal kutub baru Inggris, dilengkapi instrumen untuk memetakan jutaan kilometer persegi dasar laut selama misinya.
Identifikasi titik terdalam Samudera Selatan merupakan temuan penting pada tahun-tahun antara iterasi pertama dan kedua IBCSO. Karena sifat Samudera Selatan yang terisolasi, wilayah yang luas tidak mungkin dipetakan kecuali ada upaya serius yang dilakukan. Di tahun-tahun mendatang, ada peluang bagus bahwa kelas kapal robotik yang sedang berkembang akan ditugaskan untuk peran ini.