Kamis 02 Jun 2022 07:35 WIB

Ini Alasan Kenapa Planet Uranus dan Neptunus Memiliki Warna Biru yang Berbeda

Uranus dan Neptunus memiliki massa yang sangat mirip satu sama lain.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Uranus dan Neptunus, planet kembar yang beda warna.
Foto:

 

Ketika wahana Voyager 2 terbang melewati Neptunus, pesawat itu menemukan badai besar yang dijuluki “Bintik Gelap Hebat”, yang cukup besar untuk menampung seluruh Bumi. 

Uranus memiliki temperamen badainya sendiri. Tahun 2014, misalnya, memiliki pertunjukan yang mengesankan ketika badai cukup aktif di planet yang biasanya sepi. Para astronom tercengang mengingat bahwa sinar matahari paling kuat di planet ini pada tahun 2007, ketika cahaya matahari jatuh tepat di khatulistiwa. Alasan untuk kesenjangan waktu itu kurang dipahami.

Untuk studi baru, para astronom menggunakan beberapa observatorium: yakni teleskop Gemini North di dekat puncak Mauna Kea di Hawai’i, bersama dengan data arsip dari NASA Infrared Telescope Facility dan Hubble yang berbasis di Hawaii. Studi ini mencakup panjang gelombang ultraviolet, tampak, dan inframerah-dekat (dari 0,3 hingga 0,25 mikrometer).

Salah satu komponen yang sangat penting dari data itu adalah spektrum, “sidik jari” khas yang mengukur berapa banyak panjang gelombang cahaya yang dipancarkan objek tertentu. Spektrum Gemini Utara memungkinkan para ilmuwan untuk memahami bagaimana reflektif setiap atmosfer di seluruh planet di antara panjang gelombang cahaya inframerah-dekat yang berbeda.

Model yang dihasilkan berfokus pada aerosol, atau partikel tersuspensi di atmosfer, menunjukkan tiga lapisaan aerosol pada ketinggian berbeda di atmosfer kedua planet. Ini adalah lapisan tengah setiap planet yang tampaknya paling bertanggung jawab atas warna yang berbeda. 

Atmosfer Neptunus yang lebih aktif kemungkinan menghasilkan salju saat memindahkan partikel metana ke dalam kabut, yang menghilangkan kabut dari waktu ke waktu. Uranus, memiliki lapisan kabut yang lebih tebal karena atmosfernya yang bergerak lebih lambat.

Para ilmuwan juga menduga bahwa lapisan tengah inilah yang menghasilkan bintik-bintik gelap di setiap planet. Para ilmuwan kemungkinan perlu terus mengandalkan data berbasis darat dan Hubble untuk mempelajari dua planet tersebut. 

 

Sementara itu, para ilmuwan di balik penelitian baru berharap untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana atmosfer Uranus berubah sebelum musim semi selatan dimulai pada 2049.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement