Jumat 05 Jan 2024 18:25 WIB

Studi Ungkap Alasan Planet Neptunus dan Uranus Memiliki Warna Biru yang Berbeda

Uranus memiliki warna biru yang lebih pucat.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Friska Yolandha
Gambar berwarna asli menunjukkan perkiraan warna sebenarnya dari dua planet tata surya. Uranus di sebelah kiri sedangkan Neptunus di sebelah kanan.
Foto: Space
Gambar berwarna asli menunjukkan perkiraan warna sebenarnya dari dua planet tata surya. Uranus di sebelah kiri sedangkan Neptunus di sebelah kanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada musim panas tahun 1989, pesawat ruang angkasa Voyager 2 milik NASA mengirimkan gambar pertama planet Neptunus yang diambil manusia melalui radio ke Bumi. Gambar-gambar tersebut mengungkapkan bahwa planet terluar matahari adalah sebuah planet berwarna biru tua yang menakjubkan. 

Sebaliknya, Uranus, planet tetangga Neptunus dan planet pertama yang ditemukan dengan teleskop, tampak lebih pucat. Dilansir Space, Jumat (5/1/2024), kedua planet yang tampaknya kembar ini memiliki banyak kesamaan. Ukurannya kira-kira sama, hampir sama besarnya, dan keduanya diselimuti atmosfer dalam yang terbuat dari bahan serupa. 

Baca Juga

Jadi mengapa kedua planet itu memiliki warna biru yang berbeda? Ini adalah pertanyaan yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade. 

Namun kini, analisis terbaru terhadap gambar Voyager 2 menunjukkan kedua raksasa es tersebut sebenarnya memiliki warna biru kehijauan yang serupa, yang merupakan “representasi paling akurat” dari warna planet-planet tersebut, demikian temuan studi baru tersebut. 

Pada akhir tahun 1900-an, gambaran Uranus dan Neptunus yang direkam Voyager 2 digabungkan dalam satu warna untuk menghasilkan gambar komposit yang menunjukkan bahwa planet-planet tersebut masing-masing berwarna biru kehijauan (cyan) dan biru langit (azure). Meskipun gambar-gambar Uranus yang dipublikasikan diproses mendekati warna aslinya, gambar-gambar awal Neptunus telah “dibentangkan dan ditingkatkan” untuk menampilkan awan, area memanjang, dan anginnya, “dan karena itu dibuat terlalu biru secara artifisial,” penulis utama studi Patrick Irwin, seorang fisikawan planet di Oxford University di Inggris Raya (UK), mengatakan dalam sebuah pernyataan. 

“Meskipun warna jenuh buatan telah diketahui pada saat itu di kalangan ilmuwan planet, dan gambar-gambar tersebut dirilis dengan keterangan yang menjelaskannya, perbedaan tersebut telah hilang seiring berjalannya waktu,” ujar Irwin. 

Untuk mengatasi kesalahpahaman ini, Irwin dan rekannya menggunakannya gambar baru dari Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA dan Very Large Telescope milik Badan Antariksa Eropa (ESA), yang instrumennya menangkap spektrum warna yang kaya di setiap piksel, sehingga memprosesnya menentukan “warna nyata yang sebenarnya” dari Uranus dan Neptunus. 

Kemudian, tim meninjau kembali gambar Voyager 2 dan menyeimbangkannya kembali sesuai dengan data baru, yang menunjukkan bahwa kedua planet sebenarnya memiliki warna biru yang serupa. Warna tersebut berasal dari lapisan metana di atmosfer planet yang menyerap warna merah dari cahaya matahari. 

Uranus sedikit lebih putih, menurut studi baru ini, mungkin karena atmosfernya yang agak “stagnan dan lamban” memungkinkan kabut metana terakumulasi, yang memantulkan bagian merah sinar matahari lebih banyak dibandingkan Neptunus. 

Kehadiran partikel es metana yang terkumpulkan juga dapat menjelaskan mengapa Uranus sedikit berubah warna selama 84 tahun orbitnya mengelilingi matahari. Gambar yang direkam antara tahun 1950 dan 2016 oleh Observatorium Lowell di Arizona menunjukkan planet ini tampak lebih hijau selama titik balik matahari, ketika salah satu kutubnya mengarah ke matahari, dan lebih biru selama ekuinoks, ketika matahari bersinar tepat di atas ekuatornya. 

Dengan membandingkan kecerahan kutub Uranus dengan wilayah khatulistiwa dalam gambar-gambar ini, Irwin dan timnya menyimpulkan jumlah metana di dekat kutub kemungkinan hanya setengahnya dibandingkan di khatulistiwa, sehingga menyebabkan perubahan warna-warna. 

Heidi Hammel dari Asosiasi Universitas untuk Penelitian Astronomi, yang tidak berafiliasi dengan studi baru ini, mengatakan kesalahpahaman tentang warna Neptunus, serta perubahan Uranus yang tidak biasa, telah membingungkan kita selama beberapa dekade. 

“Studi komprehensif ini pada akhirnya akan menyelesaikan kedua masalah tersebut,” ujar Hammel. 

Penelitian ini dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan Kamis (4/1/2024) di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement