Rabu 13 Apr 2022 13:51 WIB

Cita-Cita Kota tanpa Emisi, Apakah Realistis?

Kota besar bisa menjadi pembunuh iklim nomor satu karena menghasilkan emisi tinggi.

Sejumlah armada bus listrik Transjakarta yang terparkir saat peluncurannya di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (8/3/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) meluncurkan 30 unit bus listrik sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi polusi di sektor transportasi. Republika/Putra M. Akbar
Foto:

Visi urban masa depan

Namun, hal ini membutuhkan perencanaan tata kota vertikal yang sekaligus mengurangi ekspansi horizontal. "Anda harus menggunakan pola pikir baru dalam merencanakan kota,” imbuhnya.

Warga di kota berpenghasilan rendah saat ini menghabiskan 35 persen pendapatannya untuk transportasi. Masalah ini berakar pada meluasnya area urban untuk menyiasati harga tanah yang semakin mahal.

Kota-kota yang ingin mencapai target niremisi pada 2050, harus mengupayakan elektrifikasi angkutan umum dan memperkuat manajemen digital untuk menyelaraskan jadwal bus dengan kebutuhan penumpang demi mengurangi pemborosan. Namun, kendati sektor transportasi rata-rata menyumbang 20 persen pada emisi kota, Vandenberg mengatakan bangunan masih menjadi sumber kerusakan terbesar karena memproduksi emisi tiga kali lipat lebih besar. 

Menurutnya, industri properti harus mau digerakkan untuk berinvestasi pada bangunan rendah emisi dan ikut mendorong sektor lain meningkatkan efisiensi energi. Hal ini mencakup standar universal untuk bangunan berkelanjutan yang membuka pintu bagi investor untuk menghijaukan portfolionya.

Pendeknya, kota diminta lebih ambisius mewujudkan proyek ramah lingkungan. "Menggerakkan kota kami dengan energi berkelanjutan adalah pondasi bagi ekonomi niremisi,” kata Eric Garcetti, Wali Kota Los Angeles dan Ketua C40, kelompok 40 kota di dunia yang menargetkan dekarbonisasi pada 2050.

Saat ini, porsi energi terbarukan di kota Los Angeles sudah mencapai 40 persen dan akan digandakan menjadi 80 persen pada 2030. "Kota bisa berkembang lebih jauh dan lebih cepat ketimbang satu negara,” kata Matthwe Baldwin, Direktur Proyek 100 Kota Netral Emisi di Uni Eropa.

 

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/seberapa-realistis-kota-tanpa-emisi/a-61450153

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement