Rabu 13 Apr 2022 13:51 WIB

Cita-Cita Kota tanpa Emisi, Apakah Realistis?

Kota besar bisa menjadi pembunuh iklim nomor satu karena menghasilkan emisi tinggi.

Sejumlah armada bus listrik Transjakarta yang terparkir saat peluncurannya di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (8/3/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) meluncurkan 30 unit bus listrik sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi polusi di sektor transportasi. Republika/Putra M. Akbar
Foto:

Mitigasi iklim melalui transformasi kota padat dan rapat

Kota bisa menjadi mikrokosmos mitigasi iklim yang berhasil, kata Rogier Vandenberg, Direktur Ross Center for Sustainable Cities, sebuah lembaga penelitian yang tergabung dalam jejaring World Ressources Institute di Amerika Serikat.

"Peluang besar terdapat pada kota karena penumpukan populasi yang besar. Artinya Anda bisa menjalankan dekarbonisasi dalam skala besar,” kata dia.

"Solusinya ada pada kota.”

Tantangan terbesar terletak pada transformasi menuju kota padat dan rapat, serta mengurangi kebutuhan terhadap kendaraan bermotor. Sasarannya adalah untuk mendesain kota, di mana warga bisa menjangkau semua keperluannya dalam waktu 15 menit dengan sepeda atau berjalan kaki.

Sejumlah kota bereksperimen saat pandemi COVID-19 dengan memperluas ruang bagi pejalan kaki dan pesepeda, serta merapatkan pemukiman dengan pusat perbelanjaan. Melbourne di Australia mengusung konsep komunitas 20 menit, sementara Paris mendeklarasikan ingin menjadi kota 15 menit.

"Kita sudah tahu sejak berdekade lalu bahwa kota akan menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih berkelanjutan, dan lebih menguntungkan jika semua layanan dan kebutuhan hidup berada di dekat pemukiman penduduk,” kata Vandenberg.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement