Ahad 27 Mar 2022 10:50 WIB

Matahari Ternyata Pernah Hening tak Aktif Selama 70 Tahun, Kenapa Ya?

Pada abad ke-17, Matahari melewati periode di mana hampir tidak ada bintik matahari.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Matahari

Para astronom telah mengamati bintik matahari dari sekitar tahun 1610, termasuk oleh Galileo Galilei. Siklus matahari pertama yang tercatat dimulai pada tahun 1755.

Matahari minimum, ditandai dengan tingkat minimal bintik matahari serta aktivitas suar. Medan magnet matahari mengontrol aktivitas matahari.

Bintik matahari adalah daerah sementara dari medan magnet yang kuat. Sedangkan lontaran massa korona dan jilatan api matahari dihasilkan oleh pelepasan energi ketika garis-garis medan magnet kusut, patah, dan menyambung kembali. Jadi saat medan magnet menguat, masuk akal bahwa akan ada peningkatan aktivitas matahari.

Bintang-bintang lain telah diamati menunjukkan aktivitas tempat juga. Baum dan rekan-rekannya mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk aktivitas bintang bintang selama beberapa dekade untuk 59 bintang.

Dari jumlah tersebut, 29 bintang menunjukkan siklus bintik bintang yang jelas, mirip dengan apa yang terjadi di Matahari. Dari sisanya, beberapa tidak menunjukkan aktivitas bintik bintang sama sekali. Ini menunjukkan bahwa bintang itu mungkin berputar terlalu lambat untuk proses dinamo. Untuk beberapa bintang tidak ada cukup data untuk membuat kesimpulan mengenai aktivitas itu.

Dari 29 bintang itu, satu yang menonjol adalah HD 166620. Bintang yang  terletak 36 tahun cahaya ini  berukuran sekitar 80 persen dari ukuran dan massa Matahari. Bintang itu berusia sekitar enam miliar tahun (dibandingkan dengan Matahari yang 4,6 miliar tahun). 

Bintang ini tampaknya juga memiliki siklus aktivitas sekitar 17 tahun, namun sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bintik matahari sejak sekitar tahun 2003.

“Ketika kami pertama kali melihat data ini, kami pikir itu pasti sebuah kesalahan, bahwa kami mengumpulkan data dari dua bintang yang berbeda atau ada kesalahan ketik dalam katalog atau bintang itu salah diidentifikasi,” kata ahli astrofisika, Jacob Luhn, di Universitas California, Irvine.

 “Tapi kami memeriksa dua kali dan tiga kali lipat. Waktu pengamatan konsisten dengan koordinat yang kami harapkan dari bintang itu," ujarnya.

Ini berarti bintang tersebut bisa juga mengalami Maunder minimum. Namun, masih ada perdebatan besar tentang apa yang dimaksud dengan minimum Maunder. 

‘Apakah medan magnet Matahari pada dasarnya mati? Apakah ia kehilangan dinamonya? Atau masih berputar tetapi pada tingkat yang sangat rendah yang tidak menghasilkan banyak bintik matahari?

"Kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengukur seperti apa itu, tetapi jika kita dapat mengarakteristik struktur magnet dan kekuatan medan magnet bintang ini, kita mulai mendapatkan beberapa jawaban,” ujarnya.

 

Ini, pada gilirannya, dapat membantu manusia cuaca matahari dengan lebih baik, yang memiliki implikasi penting bagi Bumi dan tata surya lainnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement