REPUBLIKA.CO.ID, PENNSYLVANIA -- Dalam skala yang cukup panjang, aktivitas matahari cukup bisa diprediksi. Kira-kira setiap 11 tahun, matahari melewati siklus aktivitas tinggi dan rendah. Aktivitas matahari pertama ditandai dengan peningkatan bintik matahari, suar, dan lontaran massa koronal.
Pada basis siklus-ke-siklus, mungkin sulit untuk memprediksi seberapa banyak aktivitas yang akan dilalui Matahari. Namun, selalu ada peningkatan aktivitas bintik matahari maksimum, dan penurunan kembali ke minimum.
Pada abad ke-17, Matahari melewati periode di mana hampir tidak ada bintik matahari yang muncul sama sekali. Dari 1645 hingga 1715, periode ini mencakup beberapa siklus matahari, dan dikenal sebagai minimum Maunder.
Ketidakteraturan aneh ini telah lama membingungkan para ilmuwan. Sekarang, ilmuwan mencba mencari jawabannya dengan mengamati bintang lain yang dekat dengan matahari.
Bintang itu tampaknya telah memasuki periode dormansi yang serupa. Mengamati apa yang terjadi pada bintang itu dapat membantu kita mengetahui apa yang sedang dilakukan Matahari.
“Kami tidak benar-benar tahu apa yang menyebabkan Maunder minimum, dan kami telah mencari bintang mirip matahari lainnya untuk melihat apakah mereka dapat menawarkan beberapa wawasan,” kata fisikawan Anna Baum, mantan Universitas Negeri Pennsylvania, sekarang di Universitas Lehigh, dilansir dari Sciencealert, Ahad (27/3/2022)
“Kami telah mengidentifikasi sebuah bintang yang kami yakini telah memasuki keadaan yang mirip dengan minimum Maunder. Akan sangat menarik untuk terus mengamati bintang ini. Mudah-mudahan saat keluar dari minimum ini, yang bisa sangat informatif tentang aktivitas matahari 300 tahun yang lalu,” ujarnya.
Siklus matahari didasarkan pada medan magnet Matahari, yang dihasilkan oleh aksi proses dinamo di bagian dalam bintang. Setiap 11 tahun, medan magnet matahari membalik, dengan kutub magnet utara dan selatannya berpindah tempat.