Kedua, gunakan komputer yang terpisah, terisolasi dari sisa jaringan, atau mesin virtual untuk bekerja dengan file dari sumber eksternal, atau setidaknya melakukan pemantauan rutin. Dengan cara ini Anda dapat secara signifikan mengurangi potensi kerusakan jika terjadi infeksi.
Ketiga, pastikan untuk melengkapi komputer atau mesin virtual dengan solusi keamanan untuk memblokir eksploitasi kerentanan atau mengeklik tautan ke situs web berbahaya.
Hak Akses
Untuk berkolaborasi dalam sebuah proyek, para freelancer sering kali mendapatkan akses ke sistem digital perusahaan seperti platform berbagi file, sistem manajemen proyek, layanan konferensi, messenger internal, layanan cloud, dan sebagainya. Di sini Anda harus menghindari dua kesalahan. Pertama, jangan memberikan hak yang berlebihan kepada freelancer. Kedua, jangan lupa untuk mencabut akses setelah pekerjaan selesai.
Dalam hal pemberian hak akses, cara terbaik adalah dengan mengikuti prinsip hak istimewa paling rendah. Seorang freelancer seharusnya hanya memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk proyek saat itu.
Akses tak terbatas ke penyimpanan file atau bahkan riwayat obrolan dapat menimbulkan risiko ancaman. Jangan meremehkan informasi yang disimpan bahkan dalam layanan tambahan.
Menurut laporan media, peretasan Twitter tahun 2020 dimulai ketika penyerang mendapatkan akses ke obrolan internal organisasi. Di sana, dengan menggunakan metode rekayasa sosial, penyerang mampu meyakinkan seorang karyawan perusahaan untuk memberi mereka akses ke lusinan akun.
Keberadaan akun tambahan dengan akses ke data perusahaan bukanlah hal yang baik. Misalnya, para freelancer menetapkan kata sandi yang lemah atau menggunakan kembali kata sandi dari akun mereka yang lain, itu akan menyebabkan potensi risiko keamanan. Jika terjadi kebocoran, ada titik kerentanan tambahan di jaringan perusahaan Anda.
Cara menanggulanginya adalah dengan menghapus atau menonaktifkan akun freelancer setelah berakhirnya hubungan kerja. Atau paling tidak, ubah email dan kata sandi terkait.