Yang pertama adalah studi di sembilan planet yang kurang masif dan lebih dingin daripada dunia. Studi ini akan dipimpin oleh astrofisikawan Ames Thomas Greene. Yang kedua, memusatkan perhatian pada dua planet dalam sistem TRAPPIST-1 dan tiga dunia berbatu lainnya.
Untuk dua studi terakhir ini, Webb akan bekerja untuk menentukan apakah sebuah planet memiliki atmosfer sama sekali, dan jika ya, terbuat dari apa. Para ilmuwan tidak yakin apakah planet yang terletak sangat dekat dengan bintangnya dapat memiliki atmosfer yang substansial, karena energi bintang dapat meledakkannya.
“Kami telah mengembangkan instrumen Webb untuk dapat memberi kami data yang kami butuhkan tidak hanya mendeteksi atmosfer, tetapi juga untuk menentukan terbuat dari apa,” ujarnya.
Webb juga akan mengumpulkan spektrum dari masing-masing planet tersebut, untuk melihat jenis cahaya yang dipancarkannya. Ini pada gilirannya memberikan petunjuk tentang gas apa yang ada di atmosfer.
Studi Webb tentang tempat-tempat seperti sistem TRAPPIST-1 akan sangat berguna dalam mencoba menilai dunia yang lebih jauh di luar jangkauan teleskop. Para ilmuwan telah menemukan ribuan eksoplanet, tetapi hanya segelintir relatif yang akan cukup besar dan cukup menarik dipelajari dan bisa dijangkau oleh teleskop.
Batalha, dalam pernyataan yang sama, mencatat bahwa Webb akan membantu para ilmuwan memahami gambaran yang lebih besar tentang pembentukan dan evolusi planet daripada apa yang kita lihat di tata surya kita sendiri.