Rabu 05 Jan 2022 01:58 WIB

Prediksi Tren Teknologi 2022

Kecerdasan buatan dan virtual reality diprediksi makin booming di 2022.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Setyanavidita livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Gim virtual reality. Kecerdasan buatan dan virtual reality diprediksi makin booming di 2022 seiring dengan jaringan 5G yang juga makin banyak digunakan.
Foto:

Teknologi hijau

Ancaman pemanasan global membuat masyarakat perlu lebih peduli terhadap lingkungan. Hal ini pun ditunjang oleh kehadiran sejumlah produk yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.

Produk daur ulang lewat penerapan prinsip repairing dan reusing juga juga bisa berperan untuk mewujudkan pengembangan teknologi yang berkelanjutan. Kalaupun produk itu harus dibuat dari material yang benar-benar baru, material yang digunakan pun harus dari bahan yang ramah lingkungan untuk menekan dampak negatif bagi ekosistem.

Beberapa bahan baku yang kemungkinan akan mulai marak digunakan di tahun yang akan datang, di antaranya adalah material low-carbon dan biodegradable

Konsep low-code dan no-code software

Otomatisasi dan penggunaan aplikasi akan semakin marak digunakan. Namun, penerapan hal itu kerap terkendala oleh pengetahuan terkait multiple programming languages yang masih terbatas.

Hal ini pun mendorong pengembangan otomatisasi dan teknik pengembangan jaringan lunak low-code dan no-code. Seperti namanya, low-code dan no-code adalah teknik pengembangan perangkat lunak yang mengandalkan elemen visual untuk membangun perangkat lunak. Hal ini pun secara drastis memangkas waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi atau perangkat lunak.

Artinya, aplikasi bisa kian mudah untuk dikembangkan oleh siapa pun yang telah memiliki ide soal aplikasi apa yang akan diciptakan. Menurut penelitian dari Gartner, 70 persen aplikasi baru yang akan dikembangkan oleh organisasi akan menggunakan teknologi low code atau no code pada 2025. Jumlah ini naik dari sekitar 25 persen pada 2020.

Dikutip dari Cms Wire, Kamis (30/12), peningkatan dari platform dengan aplikasi low code, akan mendorong pertumbuhan teknologi bisnis di luar departemen TI. Hal ini juga akan menciptakan kemampuan teknologi atau analitik yang lebih luas untuk pengembangan bisnis ke depan.

Selain itu, pendorong lain tingginya tingkat adopsi konsep ini diadopsi, tak lepas dari urgensi transformasi digital. Isaac Gould selaku analis riset di Nucleus Research, mengatakan, dengan bisnis yang memprioritaskan transformasi digital dari aspek operasional dan proses sehari-hari, kini semakin banyak yang beralih ke low code dan no code karena biaya yang lebih rendah dan penurunan hambatan teknis untuk adopsi.

"Bisnis yang membutuhkan fleksibilitas dan kelincahan, kini dapat menggunakan solusi manajemen proses bisnis yang diaktifkan dengan low code atau solusi otomatisasi proses robot untuk mendigitalkan proses bisnis," ujarnya.

Menurut Gould, dari data yang dimiliki Nucleus Research, pengembang dapat memanfaatkan teknologi low code dan no code untuk menyelesaikan tugas dua hingga tiga kali lebih cepat. Konsep teknologi low code juga memungkinkan pengguna bisnis untuk mengembangkan aplikasi yang benarbenar sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement