China mengatakan dua manuver penghindarannya dengan Tianhe terjadi setelah dua satelit Starlink mengubah ketinggiannya di luar angkasa. Yang pertama pada tahun 2020 setelah satelit Starlink bergerak dari orbit lama pada 555 kilometer ke 382 kilometer. China mengklaim satelit Starlink kedua yang menyebabkan masalah sehingga sulit untuk mengetahui ke mana tujuannya.
Sebagai tindakan pencegahan dengan mempertimbangkan para astronot di dalamnya, China memilih melakukan manuver untuk menghindari tabrakan. Terkait hal ini, SpaceX tidak menanggapi permintaan komentar.
Dilansir The Verge, Rabu (29/12), ini bukan pertama kalinya sebuah stasiun ruang angkasa harus bermanuver keluar dari satelit atau potongan puing. Stasiun Internasional Luar Angkasa (ISS) secara konsisten meningkatkan orbitnya untuk menghindari potensi tabrakan dengan benda-benda di luar angkasa. Pada bulan November, para astronot di ISS harus berlindung di tempat setelah Rusia menghancurkan salah satu satelitnya sendiri di orbit terdekat, unjuk kekuatan yang dikenal sebagai uji anti-satelit atau ASAT.
Tes tersebut menciptakan ribuan keping puing yang awalnya mengancam stasiun luar angkasa dan dapat terus menjadi ancaman bagi ISS selama bertahun-tahun. Selain itu, China juga bertanggung jawab atas beberapa manuver penghindaran tabrakan ISS.
Pada tahun 2007, China menghancurkan salah satu satelitnya sendiri selama tes ASAT, menciptakan ribuan keping puing. Banyak dari potongan-potongan itu masih di orbit dan ISS secara berkala harus menyingkir untuk menghindari sisa-sisa ini selama dekade terakhir.