Kamis 23 Dec 2021 10:47 WIB

Deretan Teknologi Canggih 2021, Metaverse Sampai Wisata Luar Angkasa

Tahun 2021 menandai tonggak wisata luar angkasa.

 FILE - Peluncuran roket New Shepard Blue Origin membawa penumpang Jeff Bezos, pendiri Amazon dan perusahaan pariwisata ruang angkasa Blue Origin, saudara Mark Bezos, Oliver Daemen dan Wally Funk, dari pelabuhan antariksa di dekat Van Horn, Texas pada 20 Juli 2021.
Foto:

Metaverse

Istilah metaverse mulai sering dibicarakan sejak Facebook Inc berganti nama menjadi Meta karena ingin serius mengembangkan ruang digital tersebut. Istilah ini pertama kali dicetuskan penulis Neal Stephenson pada novel Snow Crash tahun 1992. Metaverse merupakan gabungan dunia nyata dan dunia virtual.

Di dunia maya, individu diwakili seorang avatar dan bisa melakukan kegiatan seperti di dunia sungguhan. Avatar itu juga akan bisa berinteraksi dengan avatar lainnya.

Salah satu penggunaan metaverse di dunia kerja adalah untuk rapat virtual. Avatar berkumpul di sebuah ruangan kemudian mereka akan berbicara, memaparkan dokumen layaknya rapat bertemu langsung.

Film Avatar dari James Cameron pada 2009 lalu disebut-sebut sebagai salah satu gambaran metaverse.Penggunaan metaverse di masa depan tidak sebatas pada dunia kerja. Seorang investor mata uang kripto dari Inggri bernama Pranksy membeli perumahan virtual di metaverse tahun lalu.

photo
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate (kanan) melakukan salam siku dengan CEO PT Thales Indonesia Erik-Jan Raatgerink (kedua kiri) mengikuti acara penandatanganan naskah kerja sama dimulainya konstruksi Satelit Multifungsi Republik Indonesia (Satria) antara PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Kemenkominfo menargetkan satelit Satria beroperasi pada 2023 dan diharapkan akan memperkuat transformasi ekonomi digital termasuk mendukung digitalisasi sistem pembayaran terutama di daerah yang belum terjangkau jaringan internet. - (ANTARA/Aditya Pradana Putra)
 

Satelit SATRIA-1

Di dalam negeri, Indonesia sedang membangun satelit multifungsi untuk meratakan jaringan telekomunikasi melalui SATRIA-1. SATRIA-1 menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) atau satelit dengan kapasitas data yang besar.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika akan menggunakan satelit ini khusus untuk menyelenggarakan layanan internet. Satelit ini memiliki kapasitas 150GBps.Ketika sudah mengorbit pada 2023 nanti, SATRIA-1 akan bisa menghadirkan internet di 150.000 titik layanan publik, terutama di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).

Masih ada daerah di Indonesia yang belum terjangkau kabel serat optik sehingga sinyal internet 4G belum masuk di sana. Konstruksi satelit SATRIA-1 masih berlangsung saat ini, ditangani oleh Thales Alenia Space di Prancis. Pemerintah berencana menggunakan roket Falcon 9-5500 dari SpaceX untuk peluncuran nanti.

Selain membuat satelit, Kominfo juga sedang membangun stasiun bumi untuk mengendalikan dan mengawasi SATRIA-1 nanti. Menurut rencana, akan ada 11 stasiun bumi, yaitu di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement