Senin 25 Oct 2021 06:20 WIB

Cara Warga Uganda Ambil Air dari Danau yang Tercemar

Warga Uganda membuat filter, sehingga air yang disaring tidak perlu dimasak lagi.

Air bersih (ilustrasi)
Foto:

 

Filter juga ditempatkan di sekolah-sekolah

Tusafishe juga sudah melengkapi 31 sekolah dengan filter air yang menggunakan granit. Ratusan murid kini punya air minum bersih, dan jarang absen dari pelajaran sekolah.

“Air ini sehat. Tidak ada kandungan yang berbahaya. Air ini sangat membantu saya, karena saya jadi tidak menderita tifus lagi. Dulu waktu sakit tifus, saya tidak bisa bersekolah,“ begitu cerita Cathy Namirembe, murid di sebuah sekolah dekat ibu kota Kampala.

Filter di sekolah itu jadi kebanggaan sekolah. Harganya 600 Dolar, tapi karena tiap keluarga memberikan sekitar satu dolar sokongan, filter bisa mereka beli.

Sekolah ini tetap menggunakan kayu untuk memasak, tapi tidak lagi untuk memasak air minum. Ini baik bagi kesehatan, lingkungan hidup dan anggaran rumah tangga. 

Joseph Busuulwa, kepala St. Bruno Sserunkuma Secondary School mengungkap, “Dulu kami harus membeli empat truk kayu bakar. Sekarang mereka bisa menabung sedikit, jadi hanya perlu tiga truk.“ 

1.500 kg CO2 dihemat setiap harinya

Seberapa banyak pohon yang berhasil dilindungi dari upaya Tusafishe? Kemudian seberapa banyak karbondioksida yang berhasil dihemat? 

Henry Othieno mengungkap, dari setiap filter yang mereka tempatkan di sekolah, setiap hari mereka menghemat 1.500 kg CO2, yang tidak dilepas ke atmosfir. “Kalau dilihat dalam setahun, kami menghemat sedikitnya 240 ton CO2 dengan setiap filternya.“ 

Selain itu, paket dari perusahaan Tusafishe juga mencakup penanaman sejumlah pohon moringa bersama para murid sekolah, setiap kali sebuah filter air ditempatkan. Tahun lalu ditanam sekitar 1.000 pohon. 

Pohon-pohon Moringa adalah pelahap sejati CO2. Menurut sebuah studi dari Jepang, pohon ini bisa menyerap 20 kali lebih banyak CO2 dibanding pohon jenis lainnya. 

Mematri ide perlindungan lingkungan

Tapi bagi Tusafishe, yang penting bukan hanya reboisasi. Henry Othieno menekankan, “Kita perlu mematri ide perlindungan lingkungan dalam pikiran orang, selama mereka masih muda.“ Di Afrika dan Uganda ada tradisi menebang pohon untuk memurnikan air. Tusafishe ingin mengganti tradisi itu sepenuhnya.

Sementara itu, di tempat penampungan pengungsi, berkat filter air dengan pasir granit yang dibuatnya sendiri, Dina Nabintu tidak perlu masak air lagi. Anak-anaknya kini punya peluang untuk tetap sehat. 

Memang danau Naikvale masih akan tetap tercemar. Tapi sekarang semakin banyak orang di tempat penampungan pengungsi tahu, ada tempat untuk mendapatkan air bersih. 

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/cara-cerdas-saring-air-tercemar/a-59302042

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement