Kamis 14 Oct 2021 14:04 WIB

Mengenal Potensi dan Bahaya Limbah Elektronik

Daur ulang elektronik juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang turis mengenakan masker berjalan di Tembok Besar Badaling yang hampir kosong, di Beijing, Cina, 26 Maret 2020 (dikeluarkan 27 Maret 2020). Cina telah membuka kembali bagian Badaling, salah satu bagian turis paling terkenal di Tembok Besar yang ditutup karena wabah virus corona. Sementara kasus baru Covid-19 di China telah menurun, penyakit ini sekarang menyebar secara dramatis ke seluruh dunia. Sejauh ini telah menewaskan lebih dari 22.000 orang di seluruh dunia.
Foto: EPA-EFE/Roman Pilipey
Seorang turis mengenakan masker berjalan di Tembok Besar Badaling yang hampir kosong, di Beijing, Cina, 26 Maret 2020 (dikeluarkan 27 Maret 2020). Cina telah membuka kembali bagian Badaling, salah satu bagian turis paling terkenal di Tembok Besar yang ditutup karena wabah virus corona. Sementara kasus baru Covid-19 di China telah menurun, penyakit ini sekarang menyebar secara dramatis ke seluruh dunia. Sejauh ini telah menewaskan lebih dari 22.000 orang di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok ahli internasional melakukan penilaian untuk mengatasai masalah global limbah peralatan listrik dan elektronik (WEEE). Mereka menunjukkan nilai dari bahan-bahan yang dibuang sangat besar.

Menurut laporaan tahun 2019 yang dilakukan oleh World Economic Forum, limbah elektronik dunia memiliki nilai material sebesar 62,5 miliar dolar Amerika, lebih banyak dari Produk Domestik Bruto (PDB) sebagian besar negara.

Baca Juga

"Satu ton ponsel yang dibuang lebih kaya akan emas daripada satu ton bijih emas," kata Direktur Program Siklus Berkelanjutan PBB (SCYCLE) Dr Ruediger Kuehr.

Limbah tersebut termasuk barang-barang seperti ponsel, lemari es, ceret, televisi dan mainan listrik atau peralatan olahraga. Secara global, jumlah yang disebut generasi e-waste tumbuh dua juta ton setiap tahun.

Diperkirakan kurang dari 20 persen dikumpulkan dan didaur ulang. Direktur Jenderal Kelompok Ahli Forum WEEE Pascal Leroy mengatakan dengan membuat produk dengan rentang hidup yang lebih pendek dan pilihan perbaikan terbatas, produsen memiliki peran utama dalam peningkatan limbah.

"Perkembangan ponsel yang cepat telah menyebabkan ketergantungan pasar pada penggantian cepat perangkat lama," ujar dia.

Konsumen juga keberatan untuk mendaur ulang peralatan elektronik pribadi mereka. Di Inggris, sebuah studi tahun 2019 oleh Royal Society of Chemistry menemukan sebanyak 40 juta gadget yang tidak digunakan mendekam di rumah. Itu memberi tekanan pada pasokan banyak elemen berharga dan langka.

Berikut beberapa elemen smartphone yang bisa habis di abad berikutnya. Pertama gallium yang digunakan dalam termometer medis, LED, panel surya, teleskop dan memiliki kemungkinan sifat anti-kanker.

Kedua arsenik yang digunakan dalam kembang api, sebagai pengawet kayu. Ketiga perak yang digunakan di cermin, lensa reaktif yang menjadi gelap di bawah sinar matahari, pakaian antibakteri dan sarung tangan untuk digunakan dengan layar sentuh.

Selanjutnya ada indium untuk transistor, microchip, sistem penyiram api, sebagai pelapis bantalan bola di mobil Formula Satu dan panel surya. Kemudian yttrium ditemukan dalam lampu LED putih, lensa kamera dan dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker.

Terakhir ada tantalum yang digunakan dalam implan bedah, elektroda untuk lampu neon, bilah turbin, nozel roket, dan penutup hidung untuk pesawat supersonik, alat bantu dengar, dan alat pacu jantung.

Dilansir BBC, Kamis (14/10), Leroy menyebut konsumen ingin melakukan hal yang benar tetapi perlu mendapat informasi yang memadai dan akses yang nyaman sehingga membuang e-waste dengan benar menjadi norma sosial. Dengan daur ulang elektronik juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Setiap ton WEEE yang didaur ulang menghindari sekitar dua ton emisi karbon dioksida. Jadi, ini lebih penting karena pemerintah kita masuk ke COP26 yang membahas tindakan global untuk mengurangi emisi karbon," tambahnya.

Di Inggris, organisasi Material Focus memiliki pencari kode pos bagi orang-orang untuk menemukan titik daur ulang limbah elektronik terdekat untuk barang-barang seperti pemanggang roti dan kabel lama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement