Senin 10 May 2021 15:24 WIB

Mengenal Nodeflux, Start up Kecerdasan Asli Indonesia

Nodeflux memilih memfokuskan diri ke Computer Vision (penglihatan komputer).

Kecerdasan buatan (Ilustrasi)
Foto:

Kembangkan model AI untuk daerah terpencil

Adhiguna Mahendra yang saat ini menjabat sebagai Kepala Riset dan Inovasi Produk dari Nodeflux mengatakan masalah utama dari pengembangan AI adalah dibutuhkannya infrastruktur yang mahal. Dalam hal ini server untuk model AI bisa berjalan.

Terlebih ketika berbicara mengenai Internet of Things (IoT), menurutnya sangat dibutuhkan bandwidth internet yang besar agar berbagai macam aktivitas yang dikaitkan dengan otomasi dengan pemanfaatan internet dapat berjalan dengan baik.

Namun, tidak semua perusahaan di Indonesia bahkan di luar negeri ia sebut mampu memenuhi hal itu. Alhasil, menjual aplikasi atau sistem serupa di daerah terpencil akan menelan biaya yang sangat mahal.

Berangkat dari hal ini, Nodeflux kini mencoba mengembangkan solusi ‘AI on the Edge', yang dimungkinkan dapat beroperasi tanpa koneksi internet.

"Jadi ‘AI on the Edge itu', AI-nya itu akan jalan di perangkat Edge yang tidak perlu canggih-canggih seperti server dengan GPU yang mahal dan berat. Bahkan di laptop gaming pun bisa jalan, atau di device kecil, sekarang ada device namanya Nvidia Jetson Nano itu kecil sekali dan harganya sangat murah itu jalan disitu,” kata Adhiguna.

"Jadi kita cukup meluncurkan sekali untuk model AI-nya, setelah itu model AI-nya akan belajar. Sama seperti manusia, model AI itu harus belajar. Kalau dia tidak belajar, lama-lama tambah tidak pintar, sama seperti manusia,” tambahnya.

Adhiguna mengatakan dengan solusi seperti ini, model AI akan bisa ditempatkan di mana saja. "Mau kita menempatkan AI di daerah terpencil di Papua sana, atau di daerah terpencil di hutan di Nigeria sana itu tidak akan menjadi masalah dengan solusi AI ini,” jelasnya.

Meski pengembangan solusi AI ini dirasa cukup menantang dan kompleks, Mahendra mengaku belum melihat banyak perusahaan di dunia yang sukses dalam mengembangkannya. "Kami pun berusaha untuk dapat mencapai performance yang acceptable,” tambahnya.

Dua hal penting menyongsong revolusi industri 4.0

Adhiguna mengaku bahwa salah satu alasan mengapa Nodeflux mengembangkan Edge-based AI ini adalah karena melihat infrastruktur di Indonesia yang belum memadai.

Ia pun berharap agar pemerintah terlebih dahulu memperhatikan dua penting sebelum jauh membicarakan revolusi industri 4.0 yang belakangan kerap digaungkan, yaitu infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Infrastruktur khusunya internet, cloud systems, kemudian juga yang paling penting human resource. Jadi kalau misalnya ada sistemnya, IoT, industri 4.0 segala macam, tapi tidak ada yang bisa menjalankan, tidak ada yang bisa merancang, tidak ada yang bisa mengimplementasikan itu tidak akan jalan,” tutupnya.

 

sumber: https://www.dw.com/id/mengenal-nodeflux-start-up-ai-asli-indonesia/a-57456054

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement