Rabu 03 Mar 2021 15:03 WIB

Profesor Australia Buat Marmer dari Campuran Baju Bekas

Profesor Veena Sahajwalla membuat keramik ramah lingkungan dari barang-barang bekas.

Kemasan daur ulang. Ilustrasi
Foto:

Menurut laporan lembaga ilmu pengetahuan Australia CSIRO di bulan Januari, Australia bisa menambah sekitar Rp 10 triliun ke dalam angka GDP tahunan dengan memfokuskan diri pada pendauran ulang lebih banyak lagi bahan yang ada.

Dibesarkan di India dan sejak muda sudah berpikir soal daur ulang

Profesor Sahajwalla dibesarkan di Mumbai, India, di mana banyak warga di sana tidak mampu membeli barang baru.

"Tidak ada barang yang disia-siakan, semua memiliki potensi, semua bisa digunakan lagi," katanya.

Sejak kecil kemanapun dia pergi, Profesor Sahajwalla melihat bagaimana warga mendaur ulang apa yang bisa mereka lakukan.

"Saya melihat orang memperbaiki sepatu yang rusak, atau orang membawa gerobak mengangkut televisi, atau memanggul barang-barang berat di pundak atau kepala mereka."

"Hal itulah yang memberi insiprasi saya untuk belajar teknik di universitas," katanya.

Ayahnya adalah seorang insinyur sipil. Ibunya seorang dokter anak yang selalu melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan transportasi umum.

"Ibu saya sampai sekarang tetap menjadi panutan," kata Professor Sahajwalla.

Profesor Sahajwalla menjadi satu-satunya perempuan yang kuliah di jurusan metalurgi di Institut Teknologi India."Waktu itu memang terlihat aneh dalam menekuni bidang yang saya sukai, yaitu sains dan teknik. Namun saya menyukainya."

Profesor Sahajwalla bertemu suaminya di Vancouver, Kanada. Saat itu, keduanya sedang belajar teknik metalurgi di University of British Columbia.

Ketika Sahajwalla menyelesaikan pendidikan doktoralnya, dia kemudian mengikuti suaminya pindah ke Australia.

"Saya memulai karir saya di CSIRO sebelumnya akhirnya di UNSW."

Di University of New South Wales, Profesor Sahajwalla mulai bekerja yang akhirnya menemukan baja 'hijau' ramah lingkungan tersebut.

Dia berharap generasi berikutnya bisa menghilangkan batu bara sama sekali dalam proses pembuatan baja. Tahun 2005, Profesor Sahajwalla memenangkan Hadiah Eureka penghargaan tertinggi di bidang sains di Australia.

Sejak itu dia sudah menerima berbagai penghargaan baik di Australia maupun dari tempat lain. Sekarang dia mendapat pendanaan untuk mengembangkan Pusat Penelitian Teknologi Bahan-Bahan Berkelanjutan (SMaRT) di UNSW dan bersama 30 insinyur muda lainnya memulai penelitian mengenai bahan-bahan sampah yang bisa digunakan.

sumber: https://www.abc.net.au/indonesian/2021-03-02/mendaur-ulang-baju-bekas-menjadi-bahan-keramik/13207270

sumber : ABC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement