REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pakar luar angkasa Jepang akan memeriksa sampel tanah asteroid Ryugu. Sampel ini telah dibawa oleh peneliti Jepang melalui misi Hayabusa 2 pada Desember tahun 2020 lalu.
Pemeriksaan ini dalam upaya menemukan sumber panas yang mengubah benda langit tersebut. Penelitian asteroid Ryugu dilakukan untuk rangka mencari petunjuk asal mula tata surya dan kehidupan di Bumi.
Dilansir dari Japan Today, Ahad (7/2), para ilmuwan di Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) mengatakan mereka telah melakukan pemeriksaan awal terhadap 5,4 gram tanah. Jumlah ini jauh lebih banyak dari sampel minimum 0,1 gram yang mereka harapkan. Tanah tersebut dibawa kembali oleh pesawat luar angkasa Hayabusa2 pada Desember dari asteroid Ryugu yang lokasinya lebih dari 300 juta kilometer dari Bumi.
Sekitar tiga gram butiran hitam berasal dari permukaan Ryugu dan dikumpulkan ketika Hayabusa2 mendarat di asteroid pada 2-19 April 2020. Sekitar dua gram pecahan yang lebih besar, hingga sekitar satu sentimeter, diperoleh dari bawah permukaan di kawah yang dibuat oleh Hayabusa2 ketika mendarat untuk kedua kalinya tiga bulan kemudian.
Berdasarkan analisis dekat spektrofotometer inframerah dari data yang ditransmisikan oleh Hayabusa2, para ilmuwan JAXA menemukan asteroid tersebut terpapar suhu yang sangat tinggi baik di permukaan maupun di bawah tanah. Paparan suhu tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh sumber internal panas atau tabrakan planet daripada panas dari matahari.
Seorang ilmuwan planet Universitas Aizu yang bekerja dengan JAXA, Kohei Kitazato mengatakan timnya menemukan indikasi panas melebihi 300 derajat Celcius baik di permukaan asteroid maupun di bawah tanah. Ia mengatakan tanah yang berada di bawah tanah tidak akan mencapai suhu itu dari panas matahari saja.
Hal itu menunjukkan panas internal radiasi atau tabrakan planet mempengaruhi Ryugu ketika masih menjadi bagian dari tubuh induk miliaran tahun yang lalu. Hal ini pula yang menyebabkan penguapan air di asteroid Ryugu.
Studi sebelumnya, yang dilakukan bersama para sarjana Brown University dan 30 institusi lainnya, diterbitkan di majalah Nature Astronomy bulan lalu.
JAXA melanjutkan pemeriksaan awal sampel asteroid menjelang studi yang lebih lengkap tahun depan. Para ilmuwan juga akan memeriksa kemungkinan jejak bahan organik dengan harapan dapat memberikan wawasan tentang asal-usul tata surya dan kehidupan di Bumi.
Setelah studi di Jepang, beberapa sampel akan dibagikan dengan NASA dan badan antariksa internasional lainnya untuk penelitian tambahan.
Hayabusa2 melanjutkan ekspedisi 11 tahun ke asteroid kecil dan jauh lainnya, 1998KY26, untuk mempelajari kemungkinan pertahanan terhadap meteorit yang dapat terbang menuju Bumi. Hayabusa2 juga melakukan berbagai tes yang dapat digunakan dalam misi luar angkasa Jepang di masa depan, termasuk sampel misi 2024 MMX yang direncanakan kembali dari salah satu bulan Mars.